Kurs Rupiah Tersandera Dana Asing, Bunga Acuan Bisa Jadi Obat Mujarab?

Martha Ruth Thertina
7 Juni 2018, 06:00
Uang rupiah
Arief Kamaludin|Katadata

Sesuai prediksi, kenaikan bertahap bunga acuan Amerika Serikat (AS) alias Fed Fund Rate membuat negara berkembang harus menghadapi arus balik modal asing (capital reversal) yang selama ini membanjiri pasar keuangannya. Imbasnya, permintaan dolar AS meningkat dan banyak negara menghadapi tekanan nilai tukar mata uang, termasuk Indonesia.

Bank Indonesia (BI) bergerak cepat di bulan Mei, menaikkan bunga acuan dua kali dalam sebulan total 0,5% lewat Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan rutin dan tambahan. Dalam konferensi pers usai RDG tambahan, Gubernur baru BI Perry Warjiyo mengatakan, kenaikan bunga acuan tersebut merupakan bagian dari langkah kebijakan jangka pendek untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah banyaknya tantangan eksternal.

Secara kronologis, Perry menjelaskan, kenaikan bertahap Fed Fund Rate bersama isu lain, yaitu defisit fiskal AS dan persoalan geopolitik telah membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS naik dan dolar AS perkasa sehingga memicu arus keluar dana asing, bukan hanya dari pasar modal negara berkembang, tapi juga negara maju, serta melemahkan mata uangnya.

Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang tahun ini (year to date) hingga sehari sebelum RDG bulanan tambahan atau Selasa (29/5), nilai tukar rupiah tercatat melemah 3,25%. Seperti yang sering dinarasikan BI, pelemahan tersebut bukan yang terburuk di dunia.

Pada rentang waktu yang sama, mata uang beberapa negara Amerika Selatan anjlok parah. Tiga terlemah yaitu real Brazil jatuh 12,88%, peso Argentina 32,67%, Bolivar Venezuela 799.900%. Sementara itu, di kawasan Eropa, rubble Rusia merosot 8,68%, krona Swedia 9,26%, lira Turki 20,69%.

Di Asia Pasifik, rupiah berada di jajaran mata uang paling lemah, meski lebih baik dibandingkan dolar Australia yang turun 3,53%, peso Filipina 5,7%, dan rupee India 6,4%. Lantas, apakah kenaikan bunga acuan bakal membantu meredam gejolak nilai tukar rupiah?

Beberapa ekonom menilai dalam kondisi pengetatan moneter negara maju, Indonesia memang perlu berjalan searah. Apalagi, Fed Fund Rate diproyeksi akan naik dua kali lagi tahun ini, dan berlanjut tiga kali lagi tahun depan. Jika tak diantisipasi, tekanan arus keluar modal asing berisiko terus berlanjut.

Dalam sebuah diskusi di awal Mei 2018, Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono mengatakan kebijakan menaikkan bunga acuan lebih baik daripada harus menghamburkan cadangan devisa untuk mengintervensi rupiah.

Kenaikan bunga acuan diharapkan bisa meningkatkan daya tarik penempatan dana dalam rupiah. Dengan begitu, bisa meredam kemungkinan orang berbondong-bodong beralih ke penempatan dana dalam aset ataupun mata uang dolar AS.

"Meski tidak ada jaminan (kenaikan bunga acuan) bisa menjaga depresiasi (kurs rupiah) tapi setidaknya mengurangi beban cadangan devisa," kata Tony.

BI tercatat telah menggelontorkan Rp 7,08 triliun sepanjang Februari hingga April 2018, di antaranya untuk kebutuhan stabilisasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa berada di angka Rp 124,86 triliun.

(Baca juga: Gubernur BI: Masih Ada Ruang Kenaikan Bunga Acuan)

Namun, ada juga ekonom yang berpendapat lain. Kenaikan bunga acuan dinilai justru bisa memicu arus keluar kian deras. Penyebabnya, kenaikan bunga acuan bakal menyebabkan laju ekonomi melemah sehingga mengurangi daya tarik investasi di Indonesia. BI dinilai masih bisa menggunakan cadangan devisa untuk meredam pelemahan nilai tukar rupiah. Kenaikan bunga acuan 0,5% dalam sebulan pun dianggap terlalu berlebihan, apalagi level inflasi masih terkendali.

Terlepas dari pro kontra kenaikan agresif bunga acuan. Nilai tukar rupiah tercatat menguat setelah BI terus memberikan sinyal kuat kenaikan lanjutan bunga acuan hingga betul-betul merealisasikannya melalui RDG tambahan 30 Mei 2018 lalu.

Mengacu pada data Bloomberg, nilai tukar rupiah berhasil menguat dalam dua pekan belakangan atau sejak Kamis (24/5). Total penguatannya mencapai 2,32% ke level 13.880 per dolar AS pada Selasa (5/6). Nilai tukar rupiah mampu menguat meskipun indeks dolar AS dalam tren naik mendekati akhir Mei lalu sebelum bergerak turun.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika, Ameidyo Daud Nasution
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...