IHSG Anjlok 1,85% Jelang Libur Panjang, Asing Lepas Saham Rp 2,4 T
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 1,85% ke level Rp 5.993 pada Jumat (8/6) atau hari terakhir perdagangan sebelum bursa saham tutup karena cuti Lebaran. Hal itu seiring aksi jual besar-besaran oleh investor asing. Mengacu pada data RTI, investor asing membukukan penjualan bersih (net sell) saham Rp 2,45 triliun di keseluruhan pasar.
Para analis mengatakan, aksi jual terjadi untuk ambil untung (profit taking) sekaligus mewaspadai berbagai isu global. Analis Bina Artha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menjelaskan, profit taking terjadi dalam rangka menyambut libur Lebaran yang panjang. Sedangkan isu eksternal yang memicu aksi jual di antaranya pembahasan tarif impor dalam pertemuan G-7.
"Pelaku pasar merespons adanya ketidakpastian pada pertemuan G7 di Ottawa akibat masing-masing negara masih saling menerapkan kenaikan tarif impor yang berujung pada sentimen perang dagang," kata dia kepada Katadata.co.id, Jumat (8/6).
Sementara itu, Analis Lautandhana Securindo Krishna Setiawan mengatakan sentimen negatif memang sedang mendominasi pasar modal domestik. Ia pun membenarkan, salah satu penyebabnya, kemungkinan kenaikan bunga acuan AS, Fed Fund Rate, saat bursa saham domestik tutup. (Baca juga: Jelang Rilis Kebijakan 3 Bank Sentral Besar, IHSG dan Rupiah Terpukul)
"(Sentimen negatif) terlihat dari melemahnya kembali rupiah dan aksi jual asing di saham dan obligasi," kata dia pada Jumat (8/6). (Baca juga: Kurs Rupiah Tersandera Dana Asing, Bunga Acuan Bisa Jadi Obat Mujarab?)
Hal senada disampaikan Analis Reliance Securities Lanjar Nafi. Pelemahan IHSG karena sentimen global, seperti isu rencana pertemuan dua negara yang berseteru, yaitu AS dengan Korea Utara, krisis politik di Italia, dan rencana negara pemroduksi minyak (OPEC) untuk pelepasan produksi minyak.
Seiring dengan banyaknya isu eksternal, ia pun menyatakan pergerakan bursa saham domestik setelah cuti Lebaran masih sulit ditebak. "Susah ditebak. Pasti kita nunggu data dari sana (global) kan, sedangkan Indonesia liburnya cukup lama," kata Lanjar.