The Fed Agresif Menaikkan Bunga, Bagaimana Sikap BI?

Muchamad Nafi
14 Juni 2018, 14:17
Bank Indonesia
Arief Kamaludin | Katadata

Keputusan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) menaikkan bunga acuan Fed Fund Rate sebesar 25 basis poin ke level 1,75 – 2 persen pada hari ini mendapat respons positif dari pasar Amerika, terutama industri keuangan di sana. Setidaknya, hal itu terlihat dari hasil survei terhadap sejumlah bankir.

Sebuah jajak pendapat yang dilakukan Reuters terhadap 23 bank di bursa Wall Street menunjukkan bahwa langkah The Fed sudah sesuai dengan prediksi mereka. Bahkan, ada ekspektasi dari para dealer utama ini bahwa The Fed kembali menaikkan dua kali bunga acuannya ke rentang 2,25 - 2,50 persen hingga akhir tahun ini.

Bahkan, sebagian besar kalangan perbankan di Negeri Paman Sam itu memperkirakan bank sentral terus memupuk Fed Fund Rate tiga kali lagi sepanjang tahun depan. Dalam kebijakan agresif ini, ekspektasi bunga acuan yang muncul antara 3,00 dan 3,25 persen pada akhir 2019. (Baca: Kerek Bunga Acuan Jadi 2%, The Fed Pasang Proyeksi Optimis Ekonomi AS).

Secara lebih detail, dari 23 bank yang disurvei, 18 ikut berpartisipasi mengikuti jajak pendapat. Sebanyak 15 responden melihat akan ada dua kenaikan lagi bunga The Fed tahun ini. Sementara untuk tahun depan, lima dealer memproyeksikan tiga peningkatan, bahkan lima lainnya memperkirakan hingga empat kali. Sementara enam bank memproyeksikan suku bunga The Fed hanya naik dua kali pada 2019. Adapun BNP Paribas memprediski satu kenaikan.

Bila The Fed cukup agresif mengerek suku bunga acuan karena ditopang sejumlah indikator -seperti inflasi makin menurun ke target 2 persen, jumlah lapangan kerja meningkat, dan tingkat pengangguran berkurang- lalu bagaimana Indonesia mengantisipasi dampak kebijakan tersebut?

Ketika dipimpin Agus Martowardjojo, kebijakan Bank Indonesia cukup konservatif. Dengan mempertimbangkan inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang masih lemah, BI tidak ikut mengerek bunga acauan BI 7 Day Repo sebagaimana yang dilakukan sejumlah negara lain yang kurs mata uangnya tertekan kenaikan dolar Amerika Serikat.

Baru pada 17 Mei lalu BI menaikkan bunga acuan 25 basis poin ke level 4,5 persen. “Hal ini ditempuh bagian dari bauran kebijakan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas perekonomian di tengah berlanjutnya peningkatan ketidakpastian pasar keuangan dunia dan penurunan likuiditas global,” kata Agus ketika itu. Ini adalah kenaikkan pertama bunga acuan BI sejak Oktober 2017.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...