Prioritas Direktur Hulu Pertamina Mulai Efisiensi Hingga Transparansi
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah menunjuk Dharmawan Samsu sebagai Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) menggantikan Syamsu Alam. Usai dilantik, ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan mantan petinggi BP di Indonesia ini.
Dharmawan mengatakan pengalaman di BP baik akses yang dimiliki dan kemampuan pengoperasian atau eksporasi akan dibawa ke Pertamina. Sebagai tahap awal, ia juga akan berkolaborasi dengan Syamsu Alam.
Ada beberapa prioritas yang perlu dilakukan di sektor hulu Pertamina. Pertama, adalah efisiensi dan optimalisasi sumber daya yang ada. Itu merupakan faktor paling penting.
Kedua, keselamatan kerja karyawan. Ketiga adalah meningkatkan transparansi. “Kami akan tingkatkan terus,” kata dia di Jakarta, Rabu (29/8).
Transparansi ini juga sempat menjadi perhatian pemerintah, terutama mengenai produksi dan lifting minyak dan gas bumi. Bahkan melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 39 tahun 2016, pemerintah mewajibkan pemasangan flow meter (alat ukur) di setiap lapangan migas. Tujuannya dalam rangka pengawasan produksi minyak bumi.
Secara garis besar, Dharmawan juga memaparkan hal mendasar mengenai kegiatan hulu migas yang bisa dilakukan ke depan. Salah satunya dalah mempertahankan produksi dan meningkatkan peluang baru di hulu migas.
(Baca: Alasan Syamsu Alam Dicopot dari Posisi Direktur Hulu Pertamina)
Adapun produksi migas PT Pertamina (Persero) sejak awal Januari hingga Juli 2018 berhasil meningkat sekitar 30%. Produksi itu disumbang dari blok migas yang ada di dalam dan luar negeri.
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan salah satu penyebab produksi naik adalah akuisisi aset dalam dan luar negeri. “Dengan gross split kami juga berkomitmen spending uang untuk eksplrasi di blok open,” ujar dia, Selasa (28/8)
Hingga Juli 2018, produksi migas mencapai 907 ribu barel setara minyak (bsmph). Padahal, periode yang sama tahun lalu hanya 693 ribu bsmph.
Jika dirinci maka produksi minyak selama tujuh bulan pertama tahun 2018 ini mencapai 380 ribu barel per hari (bph). Adapun gasnya sebesar 3.056 juta kaki kubik per hari (mmscfd).