Rupiah Tembus 14.800, BI Borong Surat Berharga di Pasar Rp 3 Triliun
Bank Indonesia (BI) meningkatkan intensitas intervensi di pasar valuta asing sebagai upaya meredam laju depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mengacu pada Reuters, mata uang Garuda menembus Rp 14.829 per dolar AS di pasar spot pada Jumat (31/8).
Angka tersebut melemah 0,94% dibandingkan penutupan kemarin, Kamis (30/8). Pada hari ini, pergerakan rupiah terpantau pada rentang 14.695 - 14.799. Kondisi ini melatarbelakangi sikap BI memborong surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder.
(Baca juga: Gejolak Ekonomi Global Menguat, Rupiah Terperosok ke 14.700)
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya melakukan pembelian SBN di pasar primer maupun sekunder. "Di pasar sekunder, tadi pagi menjelang jam 11, yang kami beli Rp 3 triliun. Itu hampir semua yang dijual asing kami beli," katanya mengutip dokumentasi Departemen Komunikasi BI, Jumat (31/8).
Volume intervensi valas oleh bank sentral meningkat terutama sejak Kamis pagi hingga sore. Selain itu, BI juga terus membuka lelang forex swap dengan target US$ 400 juta dan setiap hari juga membuka swap hedging.
(Baca juga: Rajin Lelang Swap, Biaya Lindung Nilai Turun)
Pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS sebagai imbas gejolak pasar keuangan global membuat penerapan kebijakan fiskal dan moneter semakin berhati-hati. BI menilai kondisi ekonomi domestik tetap kuat menahan guncangan perekonomian dunia. Imbas krisis di Turki dan Argentina pun diyakini mampu dihadapi Indonesia.
Bank sentral juga lebih intensif berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "Kami pastikan stabilitas sistem keuangan dan stabilitas nilai tukar tetap terjaga," ujar Perry.
(Baca juga: Per Agustus, Intervensi Bank Sentral di Surat Berharga Capai Rp 21 T)
Menurut gubernur BI, pemerintah telah menunjukkan komitmen kuat untuk menangani defisit transaksi berjalan. Sejumlah langkah diambil, seperti pewajiban 20% bahan bakar nabati di dalam solar (B20) yang diklaim bisa menghemat devisa US$ 2,2 miliar. "Tahun depan ekspor kemungkinan ada tambahan devisa US$ 9 miliar sampai US$ 10 miliar," ujar Perry.
Hal lainnya ialah upaya menggenjot kinerja sektor pariwisata supaya menghasilkan devisa lebih banyak. Dilakukan pula penundaan sejumlah proyek guna menahan aliran impor. Untuk kesekian kali dinyatakan bahwa tujuannya tak lain menahan pelebaran current account deficit (CAD) sehingga rupiah lebih stabil.