Jonan Prediksi Subsidi Energi Melonjak Hingga Akhir Tahun
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memprediksi subsidi energi akan membengkak hingga akhir tahun ini. Peningkatannya sekitar 60% dari yang sudah dipatok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018, salah satunya karena harga minyak.
Menteri ESDM Ignasius Jonan memperkirakan hingga akhir tahun, subsidi energi akan mencapai Rp 149 triliun. Padahal, dalam APBN 2018 subsidi energi dipatok Rp 94,6 triliun.
Dari Rp 149 triliun itu, perinciannya subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) Solar Rp 29 triliun, naik dari target APBN 2018 sebesar Rp 7,1 triliun. Selain itu subsidi minyak tanah diprediksi naik menjadi Rp 3,6 triliun, dari target Rp 2,2 triliun.
Tak hanya itu, subsidi elpiji 3 kg diprediksi menjadi Rp 56,3 triliun. Ini meningkat dari target APBN 2018 sebesar Rp 37,6 triliun. Subsidi listrik juga membengkak menjadi Rp 60 triliun. Di APBN 2018 hanya Rp 47,7 triliun.
Menurut Jonan, subsidi itu energi meleset dari anggaran karena kenaikan harga minyak mentah. Di sisi lain, harga produk tidak naik. "Harga minyak naik, subsidinya naik. Kalau tidak, harga eceran naik, " ujar dia di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (17/9).
Kenaikan subsidi itu dengan memakai asumsi harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) sebesar US$ 70 per barel dan kurs Rp 13.973 per dolar Amerika Serikat (US$). Padahal, di APBN harga minyak Indonesia hanya US$ 48 per barel dan kurs Rp 13.400 per US$.
Jika mengacu laporan pemerintah tentang APBN 2018 yang dikeluarkan Kementerian Keuangan, realisasi belanja subsidi energi sepanjang semester I 2018 mencapai Rp 59,51 triliun. Sementara untuk perkiraan semester II tahun ini, pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan memperkirakan subsidi energi mencapai Rp 103,98 triliun.
(Baca: Harga Minyak Naik, Pemerintah Akan Tambah Subsidi Energi Rp 69 Triliun)
Meski subsidi bengkak, Jonan mengatakan peningkatan harga minyak juga membuat penerimaan dari sektor energi diperkirakan akan naik. Total penerimaan migas hingga akhir tahun diprediksi Rp199,7 triliun. Padahal di APBN 2018, targetnya hanya Rp 124,6 triliun.
Dari Rp 199,7 triliun itu, sebesar Rp 55,4 triliun merupakan Pajak Penghasilan (PPh) migas dan Rp 144,3 triliun Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Di APBN 2018, PPh targetnya Rp 38,1 triliun dan PNBP Rp 86,5 TRiliun. "Itu bukan karena lifting. Harga saja yang bantu jadi baik," ujar Jonan.