Disebut Kurang Agresif Eksplorasi, Pertamina Beberkan Data

Arnold Sirait
18 September 2018, 19:33
Menembus Bumi Menjemput Energi (Rig On Shore Pertamina)
ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
PT Pertamina Drilling Service Indonesia (PDSI) saat ini tengah menggarap salah satu lapangan Jatiasri-9 (Jas-9) milik PT Pertamina EP, dengan mengoperasikan salah satu Rig Cyber - 55.

PT Pertamina (Persero) membeberkan sejumlah data realisasi dan rencana eksplorasi yang akan dilakukan tahun ini. Ini menjawab pernyataan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto yang menyebut Pertamina kurang agresif eksplorasi, sehingga produksi rendah.

Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito mengatakan tahun 2018, perusahaannya telah secara aktif melakukan upaya penemuan cadangan dan peningkatan produksi migas. Di bidang eksplorasi, Pertamina telah menyelesaikan seismik dua dimensi (2D) sepanjang 153 kilometer (km). Hingga akhir 2018, diproyeksikan sepanjang 2.590 km.

Selanjutnya, untuk seismik tiga dimensi (3D) Pertamina telah melakukan seismik 3D seluas 419 kilometer persegi (km2). Sampai akhir tahun 2018 diperkirakan akan melakukan survei seismik 3D seluas 869 Km2.

“Kegiatan seismik 2D dan 3D tersebut dilaksanakan di sejumlah wilayah kerja Pertamina EP dan Pertamina Hulu Energi,” kata dia kepada Katadata.co.id, Selasa (18/9).

Selain seismik, Pertamina telah menyelesaikan pemboran tujuh sumur eksplorasi. Hingga akhir 2018 diproyeksikan sebanyak 17 sumur.

Sebelumnya dalam rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Djoko mengatakan produksi Pertamina rendah karena lapangannya sudah tua. Bahkan ada yang sejak zaman Belanda.

Penyebab lainnya adalah kurang agresifnya Pertamina dalam eksplorasi. Perusahaan milik negara itu juga tidak pernah mengikuti lelang yang digelar Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). “Yang paling penting itu Pertamina kurang agresif dalam lakukan eksplorasi,” ujar Djoko, Selasa (18/9).

Pertamina dinilai lebih suka berinvestasi di luar negeri. Padahal investasi itu belum tentu berhasil, seperti ketika mengakuisisi hak kelola ROC Oil Company Ltd. di lapangan Basker Manta Gummy (BMG), Australia pada 2009 silam. Pertamina sudah menghabiskan US$ 1,8 juta, tapi setahun kemudian tutup.

Untuk itu, Kementerian ESDM mendorong Pertamina berinvestasi di dalam negeri. “Jangan senangnya hanya lapangan tua karena biayanya sudah diklam,” ujar Djoko.

Pernyataan Djoko itu menjawab pertanyaan Anggota Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fraksi PDIP Daniel Lumban Tobing. “Ketika saya lihat profil lifting di outlook 2018 ternyata yang tidak mencapai target yaitu Pertamina. Ini penyebabnya apa. Chevron juga dikatakan 97%,” ujar dia.

(Baca: Dirjen Migas Ungkap Penyebab Produksi Chevron dan Pertamina Rendah)

Berdasarkan data yang dipaparkan Kementerian ESDM, lifting minyak bumi PT Pertamina EP hingga akhir tahun hanya 91% dari target yakni 77,8 ribu barel per hari (bph). Kemudian, PT Pertamina Hulu Mahakam sebesar 42,7 ribu bph atau 89% dari target. Pertamina Hulu Energi ONWJ Ltd hanya 29,3 ribu bph atau 89% target.

Reporter: Anggita Rezki Amelia, Rizky Alika

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...