Rupiah 15.000 per Dolar AS, Pemerintah Disarankan Tahan Dividen Asing

Rizky Alika
2 Oktober 2018, 18:30
Dolar Amerika Serikat
ARIEF KAMALUDIN | KATADATA

Ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri menyarankan agar pemerintah mendorong investor asing untuk tidak membawa ke luar negeri dividen yang diperolehnya dari perusahaan domestik. Tujuannya, untuk mengendalikan permintaan dolar Amerika Serikat (AS) yang bisa membuat kurs rupiah semakin tertekan.

Ia menjelaskan, dividen yang dibawa keluar dari Indonesia mencapai US$ 20 miliar pada tahun lalu. "Ini lebih besar dari defisit minyak yang cuma US$ 11 miliar," kata dia di Jakarta, Selasa (2/10). Tak ayal, tekanan kurs menguat saat periode pembayaran dividen, misalnya pada kuartal IV ini.

Menurut dia, pemerintah dapat mewajibkan investor asing untuk menempatkan di Indonesia 25% dividen yang diperolehnya dari perusahaan domestik. Adapun salah satu investor asing yang diketahuinya membawa keluar dividen dalam jumlah besar yakni perusahaan telekomunikasi pelat merah Singapura, Singtel.

(Baca juga: Pembagian Dividen pada November Mengancam Pelemahan Rupiah)

Di luar itu, ia kembali mendorong orang Indonesia yang menyimpan dolar AS untuk investasi agar menukarkannya ke dalam rupiah untuk membantu stabilisasi kurs, terlebih para elit politik dan pejabat. "Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno punya US$ 1,2 juta dia bilang yang mau dijual seperempatnya kenapa tidak semuanya? Menteri Luar Negeri Retno Marsudi juga, tidak pantas punya uang US$ 400 ribu," ujarnya.

Adapun upaya-upaya tersebut menurut dia perlu dilakukan di tengah derasnya arus keluar modal asing dari pasar keuangan Indonesia, di antaranya pasar Surat Utang Negara (SUN). Kondisi tersebut merupakan penyebab utama kurs rupiah tertekan selama delapan bulan belakangan atau sejak awal Februari lalu. Arus keluar terutama disebabkan isu global seperti kenaikan bunga acuan AS dan perang dagang AS dengan mitra utamanya.

(Baca juga: Rupiah Tembus 15.000 per Dolar AS, Pimpin Pelemahan Mata Uang Asia)

Mengacu pada data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup di level 15.042 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot Serlasa (2/10). Kurs tersebut melemah 0,89% dibandingkan penutupan perdagangan pada hari sebelumnya. Pelemahan ditengarai imbas berbagai faktor global, yang terbaru yaitu kenaikan harga minyak dunia. Kondisi itu membuat mata uang negara net importir minyak berisiko semakin rentan terhadap tekanan, termasuk Indonesia.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...