Kenaikan Harga BBM Premium Dibahas Usai Forum IMF-Bank Dunia
Pemerintah akan membahas rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium setelah sidang tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia selesai yakni usai 14 Oktober 2018. Pembahasan melalui rapat koordinasi (rakor) antarkementerian ini akan juga akan melibatkan PT Pertamina (Persero).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan saat ini belum bisa membicarakan hal tersebut karena kepadatan agenda rapat tahunan IMF-Bank Dunia yang digelar di Bali. "Selesai dulu lah di sini. Di sini sudah penuh," kata dia di Bali Internasional Convention Center, Bali, Kamis (11/10).
Di lain kesempatan, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan pemerintah perlu mengkaji dampak dari kenaikan harga BBM. Salah satunya adalah kondisi keuangan Pertamina.
Sebagaimana diketahui, Pertamina menanggung selisih harga jual BBM dari yang dibeli dengan yang dijual. Sebab, pemerintah menetapkan harga jual Premium yakni Rp 6.450 per liter di luar Jawa, Madura dan Bali (Jamali). Sedangkan harga keekonomian ditaksir sudah sekitar Rp 9.000 per liter.
Meski begitu, menurut Suahasil, Pertamina masih ada keuntungan walaupun menanggung beban selisih itu. "Kalau kami lihat posturnya masih aman. Pertamina bisa menanggung penugasan. Artinya, kami perkirakan profitnya positif," kata dia.
(Baca: Dilema di Balik Drama Batalnya Kenaikan Harga Premium)
Pertimbangan lain sebelum menentukan harga adalah daya beli masyarakat. Ini karena kenaikan harga BBM biasanya diikuti dengan produk lainnya seperti makanan dan bahan pokok, meskipun ada faktor lain seperti infrastruktur.
Jika kenaikan itu akan membuat inflasi melonjak, daya beli masyakarat pun akan terpukul. "Jadi, seberapa besar pengaruh ke daya beli masyarakat tergantung naiknya inflasi," kata Suahasil.
Secara umum, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat inflasi Januari-September (year to date/ytd) sebesar 1,94%. Sementara jika dilihat secara tahunan (year on year/yoy), inflasinya sebesar 2,88%. Hingga akhir tahun, Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi Indonesia sebesar 3,4%.
Namun, menurut Suahasil, kenaikan harga Premium belum tentu membuat masyarakat susah. Alasannya, ada opsi BBM lainnya seperti Pertalite dan Pertamax. "Karena jenis BBM ada beberapa, dia tidak straightforward. Dalam artian apakah kalau BBM naik masyarakat susah? Tidak. Dia itu sudah ada pilihan," ujar dia.