Tak Ada Kepastian Harga, Pengusaha SPBU Waspadai Kelangkaan Premium
Pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang tergabung dalam Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) menyiapkan langkah antisipasi kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium. Ini karena belum ada kepastian kenaikan harga BBM beroktan 88 tersebut.
Ketua Dewan Perwakilan Cabang Hiswana Migas DKI Jakarta Syarief Hidayat mengatakan untuk menghindari terjadinya kelangkaan, SPBU wajib memperhatikan stok BBM. Stok tersebut baik yang berada di tangki timbun maupun dalam bentuk siap kirim.
Adapun, stok normal di SPBU harus tetap cukup untuk minimal tiga hari. “Untuk menghindari terjadinya kelangkaan, kami dari SPBU wajib memiliki stok yang cukup,” kata dia kepada Katadata.co.id, Jumat (12/10).
Selain itu, data stok harian harus selalu dikirim ke Pertamina. Tujuannya untuk menjamin tidak ada stok kritis di SPBU.
Saat ini menurut Syarief, tidak ada pembatasan Premium. Berapapun yang SPBU minta, Pertamina akan suplai.
Adapun target tahun ini sebesar 11,8 juta KL. Perinciannya terdiri dari 4,3 juta KL untuk Jawa, Madura dan ali (Jamali) dan 7,5 juta KL untuk diluar Jamali.
Namun, jika ada kesulitan dalam mencari Premium ini kemungkinan karena efek dari rencana Pemerintah mau menaikkan harga. “Permintaan agak lebih banyak daripada biasanya sehingga jadwal pengiriman agak terganggu, Inshaallah dalam beberapa hari ini akan pulih,” ujar dia.
Seperti diketahui, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan berencana menaikkan harga Premium paling cepat Rabu (10/10). Harga Premium untuk wilayah Jamali dinaikkan menjadi Rp 7.000 per liter, awalnya Rp 6.550 per liter. Di luar Jamali, harganya menjadi Rp 6.900 per liter dari Rp 6.450 per liter.
(Baca: Melebarnya Perbedaan Harga dengan Premium Bisa Buat Pertamax Tak Laku)
Namun, pemerintah membatalkan kenaikan harga BBM jenis Premium itu hanya dalam hitungan menit. Kabarnya, pemerintah menghadapi dilema berat. Di satu sisi, ada urgensi untuk mengamankan keuangan negara dan Pertamina serta menghadirkan sentimen positif dengan kenaikan harga BBM. Namun di sisi lain, pemerintah masih mengkhawatirkan dampak kenaikan BBM terhadap pertumbuhan dan daya beli masyarakat.