Tersandera Harga BBM, Laba Pertamina Diprediksi di Bawah US$ 6 Miliar

Arnold Sirait
16 Oktober 2018, 19:27
Pertamina
Katadata | Arief Kamaludin

Lembaga pemeringkat utang Fitch Rating memprediksi keuangan PT Pertamina (Persero) akan makin tertekan tahun ini. Penyebabnya, adalah kebijakan pemerintah menahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar dan Premium.

Dalam keterangan resmi yang dipublikasikan Selasa (16/10), Fitch memprediksi EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisas Pertamina sepanjang tahun 2018 akan turun di bawah US$ 6 miliar. Padahal, tahun 2017 bisa mencapai US$ 6,9 miliar.

Kebijakan menunda kenaikan harga BBM jenis Premium dan Solar ini menurut Fitch akan menekan profitabilitas Pertamina dalam 12 bulan mendatang. Bahkan, tambahan subsidi dan penerimaan dari sektor hulu yang naik karena meningkatnya harga minyak dunia juga tidak berpengaruh signifikan.

Pemerintah memang meningkatkan subsidi Solar menjadi Rp 2.000 per liter dari Rp500 per liter. Perubahan ini berlaku sejak awal 2018. Namun, harga Solar dan Premium yang dijual Pertamina ditambah subisidi itu masih di bawah harga pasar sekitar 60% -75%.

Bahkan, pemerintah masih harus membayar dana talangan Pertamina. Tahun 2017, dana yang harus dibayarkan pemerintah sekitar US$ 2 miliar. Semester I tahun 2018 sekitar US$ 1,2 miliar. “Angka itu akan naik lagi di semester II tahun 2018 mengingat harga minyak dunia meningkat,” dikutip dari keterangan resmi Fitch, Selasa (16/10).

Seperti diketahui, pemerintah membatalkan rencana kenaikan harga Premium dan Solar dalam hitungan jam setelah diumumkan pada 10 Oktober 2018 lalu. Menurut Fitch itu menandakan harga BBM sangat sensitif secara politik di Indonesia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...