Menyalip Pemerintah, Utang Luar Negeri Swasta Capai Rp 2.637 Triliun
Bank Indonesia (BI) melansir utang luar negeri Indonesia pada akhir triwulan III atau September sebesar US$ 359,8 miliar atau setara Rp 5.255 triliun (dengan kurs saat ini). Jumlah utang luar negeri swasta – termasuk Badan Usaha Milik Negara -- tercatat sebesar US$ 180,6 miliar atau Rp 2.637 triliun, mengejar utang luar negeri pemerintah yang sebesar US$ 179,2 miliar atau setara Rp 2.617 triliun.
Jumlah utang luar negeri milik swasta melampaui milik pemerintah seiring dengan pertumbuhan yang lebih tinggi. Pertumbuhan utang luar negeri swasta per akhir triwulan III tercatat sebesar 6,7% secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan akhir triwulan II yang sebesar 5,8% secara tahunan.
Sementara itu, pertumbuhan utang luar negeri pemerintah per akhir triwulan III hanya sebesar 2,2% secara tahunan, melambat dibandingkan akhir triwulan II sebesar 6,1%. Dengan demikian, utang luar negeri Indonesia per akhir triwulan III tercatat tumbuh 4,2% secara tahunan, lebih lambat dibandingkan akhir triwulan sebelumnya yang mencapai 5,7% secara tahunan.
(Baca juga: Utang BUMN Mengancam Keuangan Negara)
BI memaparkan, utang luar negeri swasta terutama dimiliki oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas (LGA), serta sektor pertambangan dan penggalian. “Pangsanya terhadap total utang luar negeri swasta mencapai 72,7%, sedikit meningkat dibandingkan dengan pangsa pada triwulan sebelumnya,” demikian tertulis dalam keterangan tertulis BI, Jumat (16/11).
Di sisi lain, utang luar negeri pemerintah yang tumbuh melambat disebabkan oleh turunnya posisi Surat Berharga Negara (SBN) yang dimiliki oleh investor asing. Hal tersebut ini turut dipengaruhi oleh kondisi pasar SBN dalam negeri yang terimbas tingginya ketidakpastian global.
(Baca juga: Rasio Utang Pemerintah Tembus 30% terhadap PDB, Amankah?)
Adapun BI menilai struktur utang luar negeri Indonesia sehat. Hal tersebut tercermin dari rasionya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir triwulan III yang stabil di kisaran 34%. “Rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers,” demikian tertulis. Selain itu, struktur utang yang didominasi oleh utang jangka panjang yaitu sebesar 86,8%.
BI menyatakan akan terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk memantau perkembangan utang luar negeri dan mengoptimalkan perannya dalam mendukung pembiayaan pembangunan, tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.