Beli Listrik PLTGU Jawa 1, PLN Hemat Rp 43 Triliun
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) memperoleh penghematan triliun rupiah dari pembelian listrik dari Pembangkit Listrik Gas dan Uap (PLTGU) Jawa 1 di Cilamaya, Jawa Barat. Ini karena harga pembelian lebih murah.
Selama masa operasi PLTGU, PLN mendapatkan tarif listrik US$ 5,5038 per kWh. “Dengan tarif yang efisien, PLN berpotensi menghemat sebesar Rp 43 triliun,” kata Direktur Pengadaan Strategis PLN Supangkat Iwan Santoso, Rabu (19/12).
Pembangkit listrik ini berkapasitas 1.760 MW. Dengan kapasitas itu, pembangkit ini bisa menambah pasokan listrik untuk 11 juta pelanggan. Pasokan akan disalurkan melalui jaringan listrik nasional Jawa-Bali milik PLN.
Pembangkit listrik yang masuk dalam program 35 ribu megawatt (MW) ini targetnya bisa beroperasi September 2021. Pembangkit tersebut baru mulai konstruksi dengan peletakan batu pertama hari ini, Rabu (19/12).
Pengerjaan PLTGU Jawa 1 dilakukan oleh PT Jawa Satu Power. Jawa Satu Power merupakan perusahaan konsorsium dari PT Pertamina Power Indonesia (PPI) - anak perusahaan dari PT Pertamina (Persero), Marubeni Corporation dan Sojitz Corporation.
Adapun, pembangunan konstruksi dipercayakan kepada General Electric (GE), Samsung C&T (Samsung) dan PT Meindo Elang Indah (Meindo). Mereka juga akan melakukan pemeliharaan pembangkit listrik selama 25 tahun
Proyek ini juga mengitegrasikan infrastruktur gas berupa Floating Storage Regasification Unit (FSRU). Pada akhir kontrak, FSRU akan diambil alih PLN.
Presiden Direktur Pertamina Power Indonesia (PPI) Ginanjar mengatakan pembangunan pembangkitan listrik ini akan menciptakan efek domino bagi perekonomian wilayah Karawang, Bekasi, dan sekitarnya. Salah satunya adalah penyerapan tenaga kerja yang mencapai 4.600 orang pada masa konstruksi dan kurang lebih 200 orang pada masa operasi. “Sehingga diharapkan bisa berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja baru serta peningkatan perekonomian daerah,” kata dia.
Nilai proyek ini kurang lebih US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 26 triliun. Proyek tersebut dibiayai konsorsium yang terdiri dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC) and Nippon Export and Investment Insurance Co, Ltd (NEXI), Asian Development Bank (ADB), serta institusi perbankan komersial antara lain Mizuho Bank Ltd, MUFG Bank Ltd, Oversiea-Chinese Banking Cooperation Ltd, Credit Agricole Corporate and Investment Bank, Societe Generale.
(Baca: Pinjaman Rp 19,7 T untuk Pembangkit Jawa I Ditarget Cair Tahun Depan)
Skema pendanaan itu yakni non-recourse project financing. Pembayaran pinjaman murni bersumber dari proyek itu sendiri.