Ditantang Darmin, PLN Bangun Pembangkit Berbahan Bakar Sawit di 2020
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) berencana membangun pembangkit listrik berbahan bakar sawit. Ini karena Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution meminta PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) bisa berhenti menggunakan Solar.
Menurut Darmin, konservasi itu bisa dilakukan karena sudah didukung dengan teknologi. Apalagi, ia mendapatkan cerita dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno jika pabrik milik GE di Amerika Serikat bisa menghasilkan teknologi pembangkit listrik yang 100% menggunakan minyak sawit.
Peralihan ke minyak sawit itu bisa mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar. “Saya ingat Menteri BUMN mengatakan setelah dia berkunjung ke pabrik GE mereka bisa siapkan B100. Kalau itu kami lakukan, itu berarti ada tiga sampai empat keuntungan dalam satu pukulan, "kata dia di Cilamaya, Jawa Barat, Rabu (19/12).
Direktur Pengadaan Strategis PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan untuk bisa menyerap 100% sawit, butuh pembangkit baru. Rencananya, PLN akan membangun pembangkit baru yang bisa menyerap 100% sawit mulai tahun depan atau 2020.
Meski tak mau memerinci, Iwan mengatakan investasi untuk membangun pembangkit tersebut tidak jauh berbeda seperti membangun Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) pada umumnya. "Akan ada pembangkit yang 100%yang baru, "kata dia.
Menurut Iwan pihaknya sudah melakukan studi ke Finlandia untuk melihat pabrik yang bisa memproduksikan pembangkit yang bisa menyerap 100% sawit.
Penggunaan sawit 100% pada pembangkit PLN juga sempat menjadi sorotan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan. Ia meminta PLN bisa menyerap 100% sawit, tujuannya untuk mengurangi impor Solar.
(Baca: Jonan Instruksikan PLN Gunakan Minyak Sawit Demi Kurangi Impor Solar)
Saat ini ada sekitar 2.000 MW PLTD yang masih menggunakan Solar sebagai bahan bakar. Pembangkit tersebut tersebar di seluruh Indonesia, terutama daerah terluar dan pulau-pulau terpencil.
Jika upaya ini tidak dilakukan, Jonan khawatir 10 tahun ke depan konsumsi BBM nasional akan meningkat. Bahkan konsumsi itu bisa mencapai 1,8- 2 juta barel per hari (bph). Saat ini, konsumsi BBM sudah mencapai 1,3-1,4 juta bph.