Cadangan Tambang Terbuka Habis, Pendapatan Freeport Menurun Tahun 2019
Pendapatan PT Freeport Indonesia dalam tiga tahun ke depan akan lebih rendah dari tahun ini. Penyebabnya adalah habisnya sumber daya alam yang ada di tambang terbuka.
Vice President Corporate Communication Freeport Indonesia Riza Pratama mengatakan tahun depan adalah masa transisi dari tambang terbuka ke bawah tanah."Grasberg open pit akan segera berakhir, dan underground mine belum mencapai produksi yang optimal," kata dia kepada Katadata.co.id, Rabu (26/12).
Namun, pendapatan Freeport akan kembali naik sekitar 2021-2022. Alasannya, tambang bawah tanah tersebut sudah bisa beroperasi secara optimal.
Berdasarkan data di dalam lembar fakta PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), proyeksi pendapatan Freeport pada tahun depan sekitar US$ 3,1 miliar, sedangkan laba perusahaan sebelum dikurangi bunga utang dan pajak terutang yang harus dibayarkan kepada pemerintah (EBITDA) sekitar US$ 1 ,2 miliar.
Pendapatan Freeport mengalami penurunan sekitar 50% dibandingkan tahun ini sekitar US$ 6,5 miliar. Adapun, EBITDA mengalami penurunan sekitar 75% dibandingkan tahun ini sebesar US$ 4 miliar.
Dalam beberapa tahun ke depan penerimaan Freeport juga akan lebih rendah dari tahun ini. Tahun 2020, penerimaan Freeport sebesar US$ 3,8 miliar dan EBITDA mencapai US$ 1,7 miliar. Tahun 2021, penerimaan US$ 5,1 miliar dan EBITDA US$ 2,6 miliar. Tahun 2022, penerimaan US$ 6,1 miliar dan EBITDA US$ 3,6 miliar.