Berpotensi Ganggu Kebutuhan Industri, Mendag Tak Mungkin Setop Impor
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, Indonesia sulit mengerem impor produk ke pasar dalam negeri. Penghentian impor kedua komoditas itu dikhawatirkan akan berdampak pada industri yang akan mengekspor produk lokal ke luar negeri.
Indonesia saat ini memiliki ketergantungan terhadap impor bahan baku penolong dan bahan modal. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang Januari-November 2018 impor bahan baku penolong yang telah berkontribusi sebesar 75,20% terhadap total impor nonmigas senilai US$ 145,5 miliar.
"Kami tidak mungkin untuk mengatakan kami stop impor, tidak bisa. Kalau kita melakukan itu maka produk Indonesia pun akan dihentikan untuk ekspor," kata Enggartiasto saat mengunjungi pabrik jajanan bayi "Omo! Healthy Snack" di Yogyakarta, Kamis (27/12).
(Baca: Permintaan Melemah, Pemerintah Siapkan Kebijakan Diversifikasi Ekspor)
Menurut Enggar, upaya yang paling logis untuk dilakukan pemerintah saat ini adalah dengan terus mendorong produk industri dalam negeri agar mampu bersaing dan mendominasi pasar-pasar ritel lokal.
"Yang justru harus kita lakukan adalah mendorong industri dalam negeri. Kita mau menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Kita mau kita unggul paling tidak di negeri sendiri," kata dia.
Menurut Enggartiasto, jajanan bayi seperti "Omo! Healthy Snack" merupakan salah satu produk dalam negeri yang memiliki kualitas untuk bersaing dengan produk sejenis dari luar negeri. Produk ini merupakan juara pertama dalam ajang pencarian kreator lokal berbakat yang diinisiasi oleh Tokopedia, MakerFest 2018 itu.
Menurutnya, produk tersebut dinilai berhasil mengusung ide kreatif dengan menyasar segmen makanan sehat bayi dengan menghindari penggunaan MSG, gula, dan garam.
"Dari sisi produksinya, harganya mampu bersaing. Tinggal mendorong agar produksinya lebih masif lagi," kata dia.
Untuk memperkuat ekspansi produk lokal di pasar dalam negeri, Kemendag akan bekerja sama dengan peritel modern yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) untuk memprioritaskan produk lokal masuk pasar ritel.
Meski demikian, agar mudah masuk di pasar ritel seluruh produk UKM dalam negeri harus dipastikan memiliki kemampuan produksi dengan jumlah yang cukup, memiliki kemasan yang bagus, serta harga terjangkau.
"Pasar ritel modern Aprindo saya akan panggil tetapi dari sisi perizinan mereka harus diberesin dulu," kata dia.
(Baca: Pemerintah Punya Sejumlah Pekerjaan Rumah untuk Menekan Impor)
Tingginya tingkat ketergantungan Indoneia terhadap barang impor menurut pandangan Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih disebabkan karena adanya kekosongan di lini industri antara yang menghubungkan antara industri hulu dan hilir. "Masalahnya struktural karena kita tidak punya industri menengah," kata Lana kepada Katadata.co.id beberapa waktu lalu.
Contohnya, pada industri alat komunikasi yang mana untuk jenis komponennya masih mengandalkan impor komponen meski pabrik perakitannya sudah tersedia di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah harus mendorong investasi industri komponen supaya ada nilai tambah bagi industri dalam negeri.
Selain itu, untuk menekan impor pemerintah juga diharapkan bisa mengurangi ketergantungan bahan baku penolong separuh dari kontribusi impor saat ini. Meskipun hal ini diakui akanmenghambat proses produksi, terutama yang berorientasi ekspor.
Karenanya pemerintah dihadapkan pada dua opsi. Pertama, neraca dagang yang baik tetapi pertumbuhan ekonomi melambat atau pertumbuhan ekonomi membaik tetapi defisit neraca dagang tetap besar.
Dia juga menuturkan bahwa impor yang dilakukan pemerintah saat ini merupakan realisasi dari pembangunan infrastruktur. Seperti yang dilaporkan BPS, impor November disumbang tiga komoditas utama seperti mesin dan pesawat mekanik senilai US$ 24,7 miliar (16,99%), mesin dan peralatan listrik senilai US$ 19,65 miliar (13,51%), serta besi dan baja senilai US$ 9,12 miliar (6,27%).
Meski demikian, pembangunan infrastruktur juga sulot ditunda dan mesti dipersiapkan, salah satu tujuannya agar investor lebih tertarik untuk masuk ke dalam industri menengah. "Sehingga sektor logistik tersedia untuk pelaku usaha dengan pembangunan pelabuhan dan bandara," ujar Lana.