Pemerintah Punya Sejumlah Pekerjaan Rumah untuk Menekan Impor

Michael Reily
19 Desember 2018, 18:32
Pelabuhan ekspor
Katadata

Pemerintah memiliki sejumlah pekerjaan rumah besar untuk membenahi kinerja perdagangan, terutama dalam menekan laju impor yang terus mengalami kenaikan. Lonjakan impor telah menyebabkan neraca perdagangan Indonesia secara akumulatif periode Januari-November 2018 defisit sebesar US$ 7,52 miliar, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).

BPS juga mencatat secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–November 2018 mencapai US$ 165,81 miliar atau meningkat 7,69% dibanding periode yang sama  tahun lalu. Sedangkan realisasi impor Indonesia periode Januari hingga November 2018 mencapai US$ 173,32 miliar, naik cukup signifikan sebesar 22,18%  dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

(Baca: Terdalam Sepanjang 2018, Neraca Dagang November Defisit US$ 2,05 M)

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan Benny Soetrisno menyatakan pemerintah seharusnya membuat kebijakan untuk lebih mendorong penggunan bahan baku dalam negeri untuk kegiatan industri berorientasi ekspor. "Karenanya perlu ada insentif pemerintah supaya pengekspor merasa lebih untung," kata Benny kepada Katadata.co.id, Rabu (19/12).

Menurutnya, instrumen pemerintah berupa Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) dinilai kurang merangsang  penggunaan bahan baku lokal oleh sejumlah industri. Padahal, fasilitas KITE memberikan pembebasan atau pengembalian bea masuk, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) serta Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM).

Benny  juga mengungkapkan, sebetulnya sudah banyak produk subtitusi lokal yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri berorientasi ekspor. Salah satu contohnya adalah impor garmen untuk ekspor produk tekstil ke luar negeri.

Tapi  pengusaha lebih memilih impor karena tidak perlu membayar pajak sehingga ongkos produksi lebih kompetitif. "Kalau beli garmen dari dalam negeri ada pajak yang restitusinya hanya setahun sekali," ujar Benny.

Karenanya, jika bahan baku tak tersedia dia berharap bisa dimanfaatkan pemerintah dengan cara mengundang  investor lokal maupun asing untuk berinvestasi di sektor tersebut.

Meski memerlukan waktu lama, cara ini setidaknya bisa dicoba untuk membenahi secara perlahan-lahan neraca perdagangan, terlebih dengan kontribusi impor bahan baku penolong  yang sepanjang Januari-November 2018 telah menyumbang sebesar 75,20% terhadap total impor nonmigas senilai US$ 145,5 miliar. 

Tekan Impor

Tingginya impor, menurut pandangan Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih disebabkan karena adanya kekosongan di lini industri antara yang menghubungkan antara industri hulu dan hilir. "Masalahnya struktural karena kita tidak punya industri menengah," kata Lana.

Contohnya, pada  industri alat komunikasi yang mana untuk jenis komponennya masih mengandalkan impor komponen meski pabrik perakitannya sudah tersedia di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah harus mendorong investasi industri komponen supaya ada nilai tambah bagi industri dalam negeri.

Selain itu, untuk menekan impor pemerintah juga diharapkan bisa mengurangi  ketergantungan bahan baku penolong separuh dari kontribusi impor saat ini. Meskipun hal ini diakui akanmenghambat proses produksi, terutama yang berorientasi ekspor.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...