Menko Darmin: Dana Asing Belum Mampu Buat Neraca Pembayaran Surplus
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memperkirakan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal IV tahun ini masih defisit. Lonjakan surplus neraca transaksi modal dan finansial dinilai belum cukup untuk mengimbangi defisit neraca transaksi berjalan.
Namun, Darmin menilai arus masuk dana asing yang tercatat pada transaksi modal dan finansial dapat sedikit banyak mengimbangi defisit transaksi berjalan. "Belum bisa melampaui (defisit transaksi berjalan). Perlu waktu untuk modal dari luar masuk sedikit-sedikit," kata Darmin, di kantornya, Rabu (26/12) malam.
Ia juga menilai hasil survei Bloomberg dapat menggerakkan investor untuk melirik obligasi Indonesia. Sebagaimana diketahui, survei Bloomberg terhadap 30 lembaga aset manajemen, bank, lembaga riset ekonomi dunia, para investor, dan pialang (trader) menunjukkan aset-aset keuangan Brazil dan Indonesia menjadi aset yang paling diminati pada tahun depan.
Namun, obligasi Indonesia tidak akan serta merta laku terjual lantaran perlu proses perlahan untuk menarik investor asing kembali ke pasar keuangan Indonesia. Daya tarik obligasi juga ditentukan oleh peristiwa-peristiwa yang memengaruhi sentimen di pasar obligasi.
Meski NPI diperkirakan belum bisa mencatat surplus, Darmin mengatakan, pemerintah tidak khawatir seperti tiga bulan yang lalu. Sebab, arus masuk dana asing (capital inflow) berangsur-angsur masuk di saham maupun obligasi. Hal ini berbeda dengan kondisi pada September dan Oktober lalu di mana terjadi arus keluar dana asing (capital outflow).
Darmin pun meyakini, perbaikan NPI membutuhkan proses yang tidak singkat. "Ini sesuatu yang tidak baik, tidak sehat. Tapi ini warisan sudah berjalan lama sekali," ujarnya.
(Baca: Banyak Dana Asing Masuk, BI Ramal Neraca Pembayaran Kuartal IV Surplus)
Berbeda dengan Menko Darmin, Bank Indonesia (BI) memprediksikan NPI akan surplus pada kuartal IV 2018 meskipun defisit neraca transaksi berjalan diramalkan berada di atas 3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Penyokongnya adalah lonjakan surplus neraca transaksi modal dan finansial.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, arus masuk modal asing ke aset keuangan berupa saham, surat utang pemerintah, dan surat utang global korporasi mencapai US$ 7,9 miliar atau sekitar Rp 114,55 triliun sepanjang November lalu. Sementara itu, pada Desember 2018, pemerintah telah menerbitkan surat utang global sebesar US$ 4 miliar atau sekitar Rp 58 triliun.
“(Kami memprediksikan) secara keseluruhan surplus neraca modal akan lebih tinggi dari defisit transaksi berjalan sehingga di triwulan IV neraca pembayaran akan surplus,” kata Perry dalam konferensi pers di Gedung BI, Kamis (20/12).
Perry juga menyebutkan, defisit neraca transaksi berjalan – perdagangan barang dan jasa -- yang berpotensi berada di atas 3% terhadap PDB pada kuartal IV tidak berbahaya. Ia menjelaskan, defisit tersebut bukan hanya karena ekspor yang tidak setinggi perkiraan, tapi juga impor untuk kebutuhan yang sifatnya produktif atau untuk barang modal dan bahan baku.
(Baca: Dorong Perbaikan Neraca Pembayaran, Ekonom Kritik Resep Bank Dunia)