Sinyal Positif Negosiasi AS-Tiongkok, Penguatan Rupiah Justru Tertahan
Penguatan tajam nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tertahan. Pada perdagangan di pasar spot Rabu (9/1), nilai tukar rupiah masih berada di kisaran 14.100 per dolar AS, setelah sebelumnya sempat menyentuh level 13.990 per dolar AS. Sinyal positif negosiasi dagang AS-Tiongkok tak cukup memacu sentimen positif terhadap rupiah.
Rupiah berbalik melemah pada Selasa (8/1), dengan level penutupan 14.147 per dolar AS. Rupiah sempat menguat pada Rabu (9/1) pagi, namun kemudian berbalik melemah. Saat berita ini ditulis, rupiah berada di level 14.160 per dolar AS, melemah 0,09% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
(Baca juga: Goldman Sachs Prediksi Kinerja Rupiah Berpotensi Kalahkan Rupee India)
Beberapa mata uang Asia lainnya juga melemah terhadap dolar AS. Rupee India 0,2%, yen Jepang 0,16%, dan dolar Hong Kong 0,01%. Padahal, nilai tukar dolar AS terhadap mata uang mitra dagang utama Negeri Paman Sam cenderung melemah, tercermin dari indeks DXY.
Di sisi lain, beberapa mata uang Asia yang mampu menguat. Won Korea Selatan memimpin penguatan yaitu sebesar 0,28%, diikuti yuan Tiongkok 0,23%; dolar Taiwan 0,07%; peso Filipina 0,04%; dolar Singapura 0,08%, ringgit Malaysia 0,06%; dan baht Thailand 0,05%
(Baca juga: BI Isyaratkan Ada Ruang Penguatan Kurs Rupiah Kembali ke Posisi 13.500)
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memberikan sinyal positif mengenai progres negosiasi dagang AS-Tiongkok. “Pembicaraan dengan Tiongkok berjalan sangat baik,” kata Trump lewat tweet di akun media sosial Twitter miliknya, Selasa (8/1).
Seiring informasi tersebut, bursa saham AS bergairah, dengan indeks Dow Jones ditutup naik 1,09%. Pergerakan positif ini diikuti bursa saham Asia. Indeks Hang Seng melonjak 2,46%, CSI 300 1,95%, dan Nikkei 225 1,39%. Mayoritas indeks di negara berkembang Asia juga mengalami kenaikan, tercermin dari MSCI AC Asia Pacific yang naik 0,07%.
(Baca: Bursa Menghijau, IHSG Dibuka Naik 0,64% Berkat Optimisme AS-Tiongkok)
Adapun Bank Indonesia (BI) beberapa kali menyebut soal peluang positif bagi kurs rupiah tahun ini. Hal itu seiring dengan ketidakpastian global yang mereda dan pencapaian ekonomi domestik yang positif tahun lalu. Hal ini dianggap bisa mendorong berlanjutnya arus masuk dana asing ke pasar keuangan sehingga menyokong kurs rupiah.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution sempat menyebut rupiah masih terlalu lemah alias undervalued. Ia pun menilai masih ada potensi penguatan lebih lanjut. "Tapi enggak otomatis (menguat). Di dunia ini kan gonjang-ganjing juga. Kadang begini, kadang begitu. Tapi, pelan-pelan dia (rupiah) akan arahnya akan masih menguat," kata dia.