Terpengaruh Volatilitas Pasar, Laba BNI 2018 Hanya Tumbuh 10%
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. mengantongi laba bersih sebesar Rp 15,02 triliun sepanjang 2018, tumbuh 10,3% dari tahun 2017 senilai Rp 13,62 triliun. Pertumbuhan laba ini ditopang oleh pertumbuhan kredit pada 2018 sebesar 16,2% dari capaian 2017 sebesar Rp 441,31 triliun menjadi Rp 512,78 triliun pada 2018.
Meski tumbuh dua digit, namun pertumbuhan laba bersih BNI melambat dibandingkan dengan capaian pertumbuhan laba bersih pada tahun 2017 yang mencapai 20,1%. Padahal, pertumbuhan kredit tahun itu lebih kecil dari pertumbuhan kredit tahun 2018. Pada 2017, kredit BNI hanya tumbuh 12,2%.
Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo mengatakan, tahun 2018 bukan tahun yang mudah karena penuh dengan volatilitas suku bunga dan nilai tukar rupiah. Harga komoditas seperti CPO (crude palm oil) turun dan harga minyak fluktuatif. Lalu, perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok juga berpengaruh terhadap kinerja BNI.
(Baca: BNI Bidik 1.500 Nasabah PNM untuk Salurkan KUR)
Kendati demikian, dengan kondisi pasar seperti itu BNI masih bisa merealisasikan kinerja sesuai rencana. "Jadi kalau dilihat laba 20% dan 10%, harus dilihat dari kondisi makro ekonominya juga. Kondisi makro berbeda, kami bisa deliver sesuai angka pedoman," kata Anggoro di kantornya, Jakarta, Rabu (23/1).
Kondisi ekonomi makro tersebut membuat BNI meningkatkan rasio pencadangan dari 148% pada akhir Desember 2017, menjadi 152,9% pada Desember 2018 untuk mengantisipasi kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL), sehingga mengorbankan profitabilitas. Tahun ini BNI akan kembali meningkatkan rasio pencadangan menjadi 153%-160%. Sepanjang 2018, NPL BNI turun ke level 1,9% dibandingkan 2,3% per Desember 2017.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Kepatuhan BNI Endang Hidayatullah mengatakan, sumber pertumbuhan laba BNI berasal dari naiknya pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) dari Rp 31,94 triliun pada akhir 2017 menjadi Rp 35,45 triliun. "NII menjadi sumber pertumbuhan laba bersih BNI yang utama," kata Endang.
Penyaluran kredit BNI, didorong oleh kredit pada segmen korporasi yang tumbuh 12,9% menjadi Rp 151,71 triliun. Kredit segmen korporasi porsinya mencapai 29,6% dari total kredit yang disalurkan BNI sepanjang 2018. BNI juga menyalurka kredit ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang melonjak 31,6% menjadi Rp 110,99 triliun. Porsi kredit ke BUMN porsinya mencapai 21,6% dari total penyaluran kredit BNI.
(Baca: Kongsi BNI dengan WeChat dan Alipay Tunggu Pendirian BUMN Fintech)
Khusus untuk kredit yang disalurkan pada segmen usaha menengah, BNI menyalurkan sebesar Rp 74,73 triliun pada 2018 atau tumbuh 6,4% dibanding tahun lalu. Ada pun, untuk kredit pada segmen usaha kecil, BNI mencatatkan pertumbuhan sebesar 17% menjadi Rp 66,06 triliun pada akhir tahun 2018.
Pada penyaluran kredit segmen konsumer, kredit payroll menjadi kontributor utamanya dengan nilai sebesar Rp 23,74 triliun pada 2018 atau mengalami pertumbuhan sebesat 34,2% dibanding tahun tahun 2017. Kredit pemilikan rumah (KPR) BNI pun menunjukkan pertumbuhan 9,9% dibandingkan tahun 2017, menjadi sebesar Rp 40,75 triliun pada akhir 2018.
Tahun ini BNI menargetkan pertumbuhan laba bersih sebesar 13%-15%, yang akan ditopang oleh pertumbuhan kredit yang juga ditargetkan sebesar 13%-15%. Sementara itu NPL akan dijaga pada kisaran 1,9%-2%.
(Baca: OJK Targetkan Kredit Perbankan Tumbuh 12%-14% Tahun Ini)