Berebut Penguasaan Perbincangan di Media Sosial Demi Pilpres 2019
Pertarungan Pilpres 2019 tak hanya berlangsung di dunia nyata namun juga di ruang maya. Masing-masing kubu pasangan calon, baik Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, saling berusaha menguasai perbincangan di ruang maya tersebut.
Bahkan, masing-masing kubu saling klaim mengenai penguasaan di media sosial. Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Erick Thohir, mengatakan pasangan nomor urut 01 lebih banyak menjadi perbincangan di media sosial.
Hal itu, kata Erick, terlihat dari terkalahkannya tanda pagar (tagar) #2019GantiPresiden dengan #JokowiDuaPeriode yang menginginkan Jokowi melanjutkan kepemimpinannya di periode kedua. "Di Twitter kita bisa lihat banyak sekali kami (Jokowi-Ma'ruf) menjadi trending topic," kata Erick di Jakarta pada Desember tahun lalu.
Hal senada disampaikan Andi Widjajanto yang menjadi Ketua Relawan Pemenangan Jokowi-Ma'ruf, Cakra 19. Andi mengatakan, 58% paparan (exposure) di media sosial saat ini dikuasai oleh Jokowi-Ma'ruf.
Menurut Andi, peluang Jokowi-Ma'ruf menang di media sosial akan semakin meningkat jika sentimen positifnya kian tinggi. Peluang tersebut juga akan semakin tinggi jika sentimen negatif terhadap Prabowo-Sandiaga kian besar. "Kalau Pak Jokowi semakin besar sentimen positifnya, peluang menangnya semakin besar," kata Andi di Jakarta, Jumat (25/1).
Sementara itu, Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, pihaknya lah yang justru mendominasi media sosial saat ini. Penguasaan perbincangan media sosial dari kubu Prabowo-Sandi dilakukan secara organik oleh para relawan.
Hal tersebut, kata Dahnil, berbeda dengan maraknya percakapan di media sosial dari kubu Jokowi-Ma'ruf, yang justru diisi oleh akun-akun palsu. "Yang jelas temuan-temuan lembaga independen untuk sosial media, Prabowo-Sandi menunjukkan dominan ya, dan itu didominasi oleh akun-akun original," kata Dahnil ketika dihubungi Katadata, Senin (28/1).
(Baca: Perang Cuitan di Twitter, #RakyatSudahMuak Jadi Perhatian Warganet )
Volume Perbincangan Jokowi Lebih Tinggi
Saling klaim kedua kubu ini lantas memunculkan pertanyaan, siapa sebenarnya yang memang menguasai perbincangan media sosial saat ini. Analis media sosial sekaligus pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi mengakui jika volume percakapan di media sosial terhadap Jokowi-Ma'ruf saat ini lebih tinggi.
Berdasarkan data Drone Emprit dalam sepekan terakhir, volume percakapan yang menyinggung Jokowi di internet mencapai 1.102.170 kali atau sebesar 62%. Rinciannya, 1,022 juta singgungan (mention) terkait Jokowi di Twitter, 13.271 singgungan di Instagram, 16.622 singgungan di Facebook, 3.993 singgungan di Youtube, dan 46 ribu singgungan di media daring.
Sementara, volume percakapan yang menyinggung Prabowo di internet sebesar 664.551 kali atau 38%. Rinciannya, 620.597 singgungan di Twitter, 12.921 singgungan di Instagram, 9.144 singgungan di Facebook, 2.857 singgungan di Youtube, dan 19.032 singgungan di media daring.
"Kalau lihat ukuran volume percakapan yang mengandung Jokowi selalu lebih tinggi di hari-hari biasa," kata Ismail ketika dihubungi Katadata.
Meski demikian, Ismail menilai banyaknya percakapan terkait Jokowi sebenarnya tidak hanya berasal dari timnya, melainkan juga dari lawannya. Ismail memprediksi total kontribusi percakapan terkait Jokowi dari kubu Prabowo-Sandiaga dapat mencapai 20%.
Ismail mengatakan, percakapan dari kubu Prabowo-Sandiaga yang mengaitkan Jokowi lebih banyak berupa kritik. Hal tersebut pun memberikan sentimen negatif.
Karenanya, dia menilai banyaknya percakapan mengenai Jokowi tak serta-merta menjadi hal yang patut dibanggakan. "Malah itu yang harus dikhawatirkan. Harusnya dievaluasi," kata Ismail.
(Baca: Rizieq Ubah #2019GantiPresiden, Elektabilitas Prabowo Bakal Berkurang)
Interaksi Rendah
Ismail juga mengatakan, rasio interaksi (interaction rate) dari percakapan yang dibangun kubu Jokowi-Ma'ruf sangat kecil. Ismail mencontohkan hal itu terlihat dari tagar #PrabowoHinaKemenkeu yang dipakai kubu Jokowi-Ma'ruf di Twitter.
Ismail mengatakan interaction rate dari tagar #PrabowoHinaKemenkeu hanya sebesar 0,88. Padahal, jumlah singgungan tagar tersebut mencapai 8.732 kali. Balasan atas twit (reply) terkait tagar #PrabowoHinaKemenkeu sebanyak 2.383 kali. Total retweet pun mencapai 5.261 kali.
Ini berbeda dengan interaction rate yang dimiliki kubu Prabowo-Sandiaga. Penggunaan tagar #SayaBanggaPilihPrabowo misalnya, memiliki interaction rate sebesar 9,38. Padahal, total singgungan hanya sebesar 271 kali, balasan sebesar 144 kali, dan retweet sebanyak 2.399 kali.
"Seharusnya kalau semakin banyak percakapan, maka engagement-nya itu tinggi. Ini yang #PrabowoHinaKemenkeu engagement-nya hanya 0,8 rendah sekali," kata Ismail.
Ismail menilai rendahnya interaction rate dari kubu Jokowi-Ma'ruf karena percakapan lebih banyak dibuat oleh akun bot. Hal tersebut, kata Ismail, hanya mampu mendorong tagar menjadi trending topic. Namun, sulit untuk bisa membangun interaksi antarpengguna media sosial.
Ini berbeda dengan kubu Prabowo-Sandiaga yang justru didominasi oleh akun-akun organik. Menurut Ismail, percakapan melalui akun organik lebih mudah membuat interaksi antarpengguna media sosial ketimbang melalui akun-akun bot. "Itu amplifikasinya jauh lebih kena dibandingkan hanya main dengan robot," kata Ismail.
(Baca: Jokowi Kuasai Media Sosial Setelah Putaran Pertama Debat Capres)