Kinerja Ekspor Lemah, Pertumbuhan Ekonomi Era Jokowi Tertinggi 5,17%
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2018 sebesar 5,18% dibandingkan kuartal sama tahun sebelumnya (year on year), atau total 5,17% untuk keseluruhan tahun 2018. Pertumbuhan ini merupakan yang tertinggi sejak 2014 atau selama pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Sejatinya, pemerintah membidik pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4% tahun ini. Namun, capaian tersebut meleset. Melesetnya target lantaran pertumbuhan ekspor yang melemah, sementara pertumbuhan impor melonjak nyaris dua kali ekspor. Alhasil, terjadi net-impor yang berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kepala BPS Suhariyanto menyebut melemahnya pertumbuhan ekspor seiring pelemahan pertumbuhan volume perdagangan dan ekonomi global. Di sisi lain, impor tumbuh lebih cepat lantaran peningkatan permintaan domestik. Lantaran faktor tersebut, ia pun menilai positif pencapaian pertumbuhan ekonomi tahun lalu.
“Di tengah perekonomian global yang masih tidak tentu arahnya, harga komoditas yang cenderung turun, ini (pertumbuhan ekonomi 2018) menggembirakan,” kata dia dalam Konferensi Pers, Rabu (8/2). Adapun dampak kinerja ekspor ke pertumbuhan ekonomi besar lantaran kontribusinya ke produk domestik bruto (PDB) di kisaran 20%, sedangkan impor minus sekitar 20%.
(Baca: Pembangunan Infrastruktur Masif, Akankah Dongkrak Ekonomi?)
Pertumbuhan ekonomi 2018 disokong oleh meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi, serta melonjaknya konsumsi lembaga non-profit yang melayani masyarakat (LNPRT) jelang Pemilihan Umum Presiden (Pilpres).
Secara rinci, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,05% pada 2018, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 4,98%. Kosumsi rumah tangga masih menjadi penyokong utama pertumbuhan ekonomi lantaran andilnya terhadap PDB melebihi 50%.
Kemudian, investasi tumbuh 6,67%, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya 6,15%. Investasi masih menjadi penyokong terbesar kedua pertumbuhan ekonomi dengan andil ke PDB di atas 30%. Lalu, konsumsi pemerintah tumbuh 4,8%, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya 2,14%, dengan kontribusi ke PDB di kisaran 12%.
Terakhir, konsumsi LNPRT tumbuh sebesar 9,08%, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 6,91%. Ini sedikit mengangkat pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi ke PDB sekitar 1%.
Dengan perkembangan ini, maka PDB Indonesia sebesar Rp 14.837,4 triliun dan PDB per kapita sebesar Rp 56 juta atau US$ 3.927.
Ke depan, Suhariyanto berharap konsumsi rumah tangga tetap kuat seiring terkendalinya inflasi. Dengan begitu, mampu menyokong pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan sebesar 5,3% tahun ini. “(Semoga) terkendalinya inflasi 2018 dan 2017 bisa diulang di tahun-tahun depan, sehingga ketika inflasi rendah daya beli masyarakat bisa terjaga,” ujarnya.
Melesetnya pertumbuhan ekonomi 2018 sudah diprediksi pemerintah. Terakhir, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi di atas 5,15%. Penyebabnya, gejolak global yang terjadi tahun lalu sehingga memengaruhi perekonomian Indonesia.
(Baca: Pertumbuhan Ekonomi 2018 Diprediksi 5,1%, Tertolong Konsumsi Domestik)
Gejolak global yang dimaksud di antaranya terkait pengetatan likuiditas global imbas kebijakan normalisasi moneter di Amerika Serikat (AS), perang dagang AS-Tiongkok, hingga penurunan harga beberapa komoditas sumber daya alam, seperti disinggung Suhariyanto.
Kontributor Pertumbuhan Ekonomi | Kuartal I 2018 (yoy) | Kuartal II 2018 (yoy) | Kuartal III 2018 (yoy) | Kuartal IV 2018 (yoy) | Keseluruhan Tahun 2018 (Full Year) | Keseluruhan Tahun 2017 (Full Year) |
Konsumsi rumah tangga | 4,95% | 5,14% | 5,01% | 5,08% | 5,05% | 4,95% |
Konsumsi Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) | 8,09% | 8,71% | 8,54% | 10,79% | 9,08% | 6,91% |
Konsumsi Pemerintah | 2,74% | 5,26% | 6,28% | 4,56% | 4,8% | 2,14% |
Investasi atau Pembentuk Modal Tetap Bruto (PMTB) | 7,95% | 5,87% | 6,96% | 6,01% | 6,67% | 6,15% |
Ekspor Barang dan Jasa | 6,06% | 7,70% | 7,52% | 4,33% | 6,48% | 9,09% |
Dikurangi Impor Barang dan Jasa | 12,66% | 15,17% | 14,06% | 7,10% | 12.04% | 8,06% |
Pertumbuhan Ekonomi | 5,06% | 5,27% | 5,17% | 5,18% | 5,17% | 5,07% |
Sumber: BPS (diolah)