Pengusaha Dukung Komitmen Pemerintah soal Peremajaan Karet
Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) mendukung program peremajaan karet pemerintah yang ditargetkan mencapai 50 ribu hektare per tahun. Pengusaha juga berkomitmen siap menjalankan kemitraan dengan petani apabila skema itu diperlukan untuk mendukung produktivitas karet.
Ketua Umum Gapkindo Moenardji Soedargo menyatakan pelaku usaha merupakan mitra petani. "Kami pengusaha tidak punya kebun, petani tidak punya pabrik. Kalau bersama kami merupakan simbiosis mutualisme," kata Moenardji di Jakarta, Senin (25/2) malam.
(Baca: Kementan Siapkan Rp 47 Miliar untuk Peremajaan Karet)
Dia menjelaskan, pemerintah tengah mencari skema yang tepat untuk mengejar target peremajaan 50 ribu hektare karet setiap tahun. Kebijakan pemerintah dalam peremajaan mendapatkan dukungan penuh pengusaha.
Moenardji memaparkan, pola 60%-40% dalam setiap peremajaan karet merupakan desain yang tepat bagi keberlangsungan produksi yang menjadi keberlanjutan ekonomi petani. "Pemerintah menjamin produksi yang berkualitas karena bibit dan benih karet yang baik," ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian menganggarkan Rp 47 miliar untuk peremajaan perkebunan karet seluas 6 ribu hektare pada tahun ini. Target itu lebih rendah dibandingkan dengan target peremajaan karet tahunan Indonesia yang mencapai 50 ribu hektare sebagai salah satu kesepakatan International Triparte Rubber Council (ITRC).
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Kasdi Subagyono keputusan pendanaan masih menunggu kesepakatan lanjut pembatasan ekspor karet. "Kami baru bisa meremajakan sekitar 6 ribu hektare, butuh sisa tambahan dari sumber pendanaan lain," kata Kasdi.
(Baca: Tahan Harga, Pengusaha Usulkan Pembatasan Ekspor Karet Selama 3 Bulan)
Dia menjelaskan, detail keputusan pembatasan ekspor karet bakal dilakukan pada 4 Maret 2019 di Bangkok, Thailand. Setelah itu, pemerintah baru bisa melakukan kesepakatan lain seperti peningkatan konsumsi domestik serta peremajaan karet nasional.
Di sisi lain, langkah peremajaan karet diharapkan dapat memicu peningkatan produksi karet. Hasil produksi tersebut bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. "Peremajaan karet empat tahun lalu sudah mulai menunjukkan hasilnya sekarang," ujarnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan luas perkebunan karet di Indonesia sebesar 3,6 juta hektare. Namun, mayoritas perkebunan karet masih dimiliki rakyat, sedangkan kebun milik perusahaan swasta dan BUMN masih menyumbang porsi yang sangat kecil.
Darmin mengungkapkan dari skema peremajaan, 60% dialokasikan untuk lahan untuk tanaman karet dan 40% sisanya untuk tanaman lain seperti kopi, cokelat, atau hortikultura.
Alasannya, benih berkualitas bisa menghasilkan produksi lebih banyak tiga kali lipat daripada hasil karet yang belum mengalami peremajaan. "Kalau peremajaan cukup besar tiap tahun, hasil karet harus dikontrol setiap tahun," ujar Darmin.