Cadangan Devisa Februari Naik US$ 3 Miliar Berkat Surat Utang
Bank Indonesia (BI) mengumumkan cadangan devisa akhir Februari 2019 sebesar US$ 123,3 miliar atau naik US$ 3,2 miliar dibandingkan posisi akhir Januari sebesar US$ 120,1 miliar. Kenaikan cadangan devisa disebabkan penerbitan surat utang negara berbasis syariah atau sukuk global pemerintah.
"Peningkatan cadangan devisa pada Februari 2019 terutama dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global pemerintah, penerimaan devisa migas, dan penerimaan valas lainnya," demikian tertulis dalam siaran pers BI, Jumat (8/12).
(Baca: Cadangan Devisa Januari Turun US$ 600 Juta Imbas Pembayaran Utang)
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Artinya, cadangan devisa berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai.
"Cadangan devisa tetap memadai didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang tetap baik serta kinerja ekspor yang tetap positif," demikian tertulis.
(Baca: Inflasi dan Rupiah Aman, Ekonom Kompak Prediksi Bunga Acuan BI Tetap)
Pada Februari lalu, pemerintah menerbitkan sukuk global bernama Sukuk Wakalah sebesar US$ 2 miliar. Sukuk yang didaftarkan pada bursa saham Singapura atau Singapore Stock Exchange dan NASDAQ Dubai tersebut diburu investor hingga mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) 3,8 kali.
Penerbitan sukuk pada awal tahun dianggap dengan pemilihan waktu yang tepat. Sebab, volatilitas di pasar modal global telah mereda.
Cadangan devisa sempat mencapai level terendah di US$ 114,84 miliar sepanjang tahun lalu pada September akibat jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Cadangan devisa berangsur menguat mulai Oktober 2018 hingga kembali ke kisaran US$ 120 miliar pada akhir Desember 2018.
Menguatnya cadangan devisa seiring dengan penerbitan surat utang global dan penarikan pinjaman luar negeri oleh pemerintah, penerimaan devisa migas, hingga berkurangnya kebutuhan untuk intervensi lantaran nilai tukar rupiah lebih stabil bahkan cenderung menguat.
Namun, cadangan devisa pada akhir Januari turun sekitar US$ 600 juta dibandingkan posisi akhir Desember 2018. Penurunan terutama imbas pembayaran utang luar negeri pemerintah.