Emas Catat Rekor Penjualan, Laba Bersih Antam Naik 541%
PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 541% pada 2018 dibanding tahun lalu menjadi Rp 874 miliar. Capaian ini disokong oleh tumbuhnya kinerja produksi dan penjualan komoditas utama perusahaan, yaitu feronikel dan emas.
Kedua komoditas itu mencatat jumlah produksi dan penjualan tertinggi sepanjang sejarah perusahaan. Kenaikan laba juga dipicu oleh langkah efisiensi usaha untuk menstabilkan biaya operasional.
"Peningkatan ini seiring dengan strategi pengembangan pasar emas, baik domestik dan ekspor serta inovasi produk Logam Mulia Antam," kata Direktur Keuangan Antam Dimas Wikan Pramudhito di Jakarta, Senin (11/3).
Sepanjang 2018, total penjualan Antam tercatat senilai Rp 25,24 triliun di mana emas merupakan komponen penyumbang paling besarnya dengan nilai Rp 16,69 triliun atau setara 66% dari total penjualan. Capaian penjualan emas tersebut naik 126% dibandingkan penjualan bersih emas 2017 yang tercatat sebesar Rp 7,37 triliun.
Selain itu, tahun lalu, Antam mencatatkan total volume produksi emas dari tambang Pongkor dan Cibaliung sebesar 1.957 kg (62.919 t.oz). Sementara, volume emas yang mereka jual mencapai 27.894 kg (896.812 t.oz).
Perusahaan juga mencatatkan pertumbuhan penjualan feronikel pada 2018 yang merupakan kontributor terbesar kedua dari total penjualan Antam. Penjualan feronikel berkontribusi sebesar Rp4,66 triliun atau setara 18% dari total penjualan bersih.
Volume produksi feronikel tercatat sebesar 24.868 ton nikel dalam feronikel (TNi) tahun lalu. Catatan itu naik sebesar 14% dari 2017 sebesar 21.762 TNi. Penjualan feronikel pun mencapai 24.135 ton nikel (TNi), tumbuh sebesar 10% dibandingkan 2017 yang sebanyak 21.878 TNi.
Menurut Dimas, peningkatan volume produksi dan penjualan feronikel sejalan dengan tercapainya stabilitas operasi produksi pabrik feronikel Antam di Pomalaa yang saat ini memiliki kapasitas produksi terpasang hingga 27 ribu TNi per tahun.
Kontribusi nikel dan bauksit pada laba bersih Antam
Untuk komoditas bijih nikel, tercatat volume produksi 2018 sebesar 9,31 juta wet metric ton (wmt), atau naik sebesar 67% dibandingkan volume produksi 2017 sebesar 5,57 juta wmt. Antam memproduksi bijih nikel untuk kebutuhan bahan baku pabrik feronikel Perusahaan, serta untuk memenuhi permintaan pasar domestik maupun ekspor.
Pada 2018, volume penjualan bijih nikel tercatat sebesar 6,33 juta wmt, atau naik 116% dibandingkan volume penjualan FY17 sebesar 2,93 juta wmt. Antam mencatatkan pendapatan penjualan dari bijih nikel tahun lalu sebesar Rp2,93 triliun atau tumbuh sebesar 114% dibandingkan nilai penjualan bijih nikel pada periode 2017 sebesar Rp1,36 triliun.
(Baca: Antam Ditawari 26% Saham Nusa Halmahera Minerals oleh Newcrest)
Tahun lalu, komoditas bauksit turut memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan kinerja operasional Antam. Capaian produksi bijih bauksit pada 2018 mencapai 1,10 juta wmt, naik sebesar 70% dibandingkan capaian 2017 sebesar 648 ribu wmt.
Sepanjang 2018 pun, volume penjualan bijih bauksit mencapai 920 ribu wmt, naik 10% dibandingkan capaian penjualan bijih bauksit 2017. Antam juga mencatatkan pendapatan dari bijih bauksit sebesar Rp482 miliar naik 21% dibandingkan nilai penjualan bijih bauksit pada 2017 sebesar Rp398 miliar.
Dengan capaian produksi tersebut, laba kotor Antam di 2018 naik tajam sebesar 111% menjadi Rp3,47 triliun dibandingkan 2017, seiring dengan kenaikan nilai penjualan dan nilai beban pokok penjualan Antam sebesar Rp21,76 triliun. Dengan adanya peningkatan laba kotor, maka Antam dapat mencatat laba usaha sebesar Rp1,85 triliun atau naik 208% dibandingkan laba usaha 2017 sebesar Rp600 miliar.
Peningkatan kinerja produksi dan penjualan yang signifikan serta upaya Antam untuk beroperasi pada tingkat biaya tunai produksi yang rendah pada tahun 2018 mendukung capaian positif EBITDA ANTAM menjadi Rp3,33 triliun tumbuh 51% dibandingkan capaian 2017 sebesar Rp2,21 triliun.
Target Antam di 2019
Dimas enggan menjabarkan target laba bersih dan pendapatan tahun depan. Dia hanya mengatakan, target penjualan feronikel tahun ini akan naik sebesar 25% menjadi 30.280 TNi, dibandingkan realisasi penjualan tahun 2018.
Untuk mendukung peningkatan target produksi tersebut, pada tahun 2019 ANTAM menargetkan total produksi bijih nikel sebesar 10,50 juta wet metric ton (wmt), naik 12% dibandingkan capaian produksi bijih nikel tahun 2018 sebesar 9,32 juta wmt.
Peningkatan produksi bijih nikel tersebut akan digunakan sebagai bahan baku produksi feronikel, serta untuk mendukung penjualan bijih nikel. Total penjualan bijih nikel tahun ini ditargetkan sebesar 8 juta wmt. "Ini untuk pasar domestik dan ekspor," ujar Dimas. Total penjualan tersebut tumbuh 26% dibandingkan realisasi penjualan bijih nikel tahun 2018 sebesar 6,33 juta wmt.
Untuk komoditas emas, ANTAM menargetkan produksi di tahun 2019 sebesar 2.036 kg atau setara dengan 65.458 troy ounce dari tambang emas Pongkor dan Cibaliung. Mereka juga ingin meningkatkan penjualan emas mencapai 32.036 kg (1,02 juta t.oz), tumbuh sebesar 14% dibandingkan realisasi penjualan emas tahun 2018 (unaudited) sebesar 27.894 kg (896.812 troy ounce).
(Baca: ANTAM Genjot Produksi Komoditas Utama Untuk Tingkatkan Kinerja 2019)
Dimas melihat peningkatan harga emas mulai terjadi sejak awal tahun. "Data ekonomi Amerika Serikat dan kebijakan suku bunga tinggi akan memberi dampak ke harga emas," katanya.
Antam optimis dengan target peningkatan penjualan emas tahun ini, seiring dengan ekspektasi peningkatan jangkauan pemasaran produk Logam Mulia ANTAM, baik di pasar domestik maupun ekspor.
Sedangkan untuk bauksit, ANTAM menargetkan produksi bijih bauksit tahun ini sebanyak 3,17 juta wmt, atau tumbuh 188% dibanding realisasi produksi tahun 2018 sebesar 1,10 juta wmt.
Untuk penjualannya ditargetkan sebesar 3,22 juta wmt atau naik sebesar 250% dibandingkan realisasi penjualan tahun 2018 sebesar 920 ribu wmt. Peningkatan produksi dan penjualan bijih bauksit seiring untuk pemenuhan permintaan pasar domestik maupun ekspor.