Target Devisa Pariwisata Rp 249 Triliun, BI Yakin Defisit Dagang Turun
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meyakini, sektor pariwisata bisa menjadi salah satu kunci dalam menekan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) menuju kisaran 2,5% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Tahun lalu, transaksi berjalan melebar hingga mencapai 2,98% terhadap PDB dan menjadi salah satu penekan nilai tukar rupiah.
Perry melihat sektor pariwisata akan menjadi sumber devisa terbesar setelah kelapa sawit dan batu bara. Adapun pemerintah menargetkan devisa pariwisata sebesar US$ 17,6 miliar tahun ini atau sekitar Rp 249 triliun. "Peran pariwisata sangat penting dalam menurunkan dan mengendalikan CAD," kata dia dalam jumpa pers di Komplek Kantor BI, Jakarta, Kamis (21/3).
Perry menambahkan, pariwisata tidak hanya soal memperbaiki defisit transaksi berjalan atau transaksi perdagangan barang dan jasa, tapi juga bisa sebagai sumber devisa negara. Adapun cadangan devisa pada akhir Februari 2019 masih cukup tinggi yakni US$ 123,3 miliar. Cadangan devisa itu setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Ini artinya, cadangan devisa berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
(Baca: Kemenhub Siapkan 3 Proyek Bandara Tahun Ini)
Untuk memperkuat pasokan devisa, Ia menyatakan pihaknya juga bekerja sama dengan pemerintah untuk menaikkan investasi asing berupa penanaman modal asing langsung dan portofolio. Sepanjang tahun ini, hingga Februari 2019, aliran masuk modal asing ke portofolio saham dan obligasi disebut telah mencapai US$ 6,3 miliar.
Dengan perbaikan neraca transaksi berjalan, ditambah derasnya aliran masuk modal asing, Perry memprediksi neraca pembayaran pada triwulan I 2019 bakal surplus. "Perkiraan kami di kuartal pertama secara keseluruhan neraca pembayaran akan mengalami surplus sehingga menopang ketahanan eksternal," ujarnya.
Keyakinan Perry terhadap sektor pariwisata tersebut menjawab keraguan ekonom bahwa sektor pariwisata mampu menyokong perbaikan CAD. "Saya pesimistis lonjakan pariwisata akan benar-benar membantu perbaikan defisit transaksi berjalan," kata Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah Redjalam beberapa saat yang lalu.
(Baca: Target Konstruksi Bandara Komodo Labuan Bajo Mundur hingga 2020)
Bila target US$ 17,6 miliar tercapai, neraca transaksi berjalan mungkin membaik. Meskipun, menurut Piter, karakteristik transaksi berjalan Indonesia umumnya ialah surplus pada neraca barang dan pendapatan sekunder. Sementara, neraca jasa dan pendapatan primer umumnya defisit.
Adapun pada Februari lalu, neraca perdagangan barang tercatat surplus untuk pertama kalinya dalam lima bulan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik neraca perdagangan nasional pada Februari 2019 surplus US$ 329,5 juta. Pada Januari, neraca perdagangan masih defisit US$ 1,1 miliar.