Indika Targetkan Tambang Emas di Sulawesi Selatan Berproduksi di 2021
PT Indika Energy menargetkan proyek tambang emas Awak Mas, Luwu, Sulawesi Selatan mulai berproduksi pada akhir 2021. Indika sedang melakukan studi untuk menentukan strategi pembiayaan proyek ini.
Head of Corporate Communication Indika Energy Leonardus Herwindo mengatakan, kebutuhan biaya tersebut untuk pembangunan konstruksi dan eksplorasi. "Tahun ini masih studi lebih lanjut, termasuk soal eksplorasi tambang dan persiapan konstruksi," ujarnya, kepada Katadata.co.id, Jumat (29/3).
Perusahaan menargetkan studi tersebut bisa selesai pada akhir tahun, dan langsung mulai konstruksi hingga 2021. Area tambang ini diperkirakan bisa menghasilkan 100 ribu ounce emas dalam setahun. Proyeknya didukung akses infrastruktur ke pelabuhan, bandara, jalan, dan jaringan listrik berbiaya rendah.
Indika mengerjakan proyek Awak Mas melalui PT Masmindo Dwi Area. Perusahaan ini merupakan anak usaha Nusantara Resources, yang memegang Kontrak Karya generasi tujuh. Masa berlaku kontraknya sampai 2050 dengan opsi perpanjangan dua tahun di bawah sistem Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).
(Baca: Indika Energy Tuntaskan Akuisisi 45% Saham Kideco)
Nusantara Resources merupakan perusahaan tambang yang terdaftar di Australian Stock Exchange (ASX) dengan kode saham NUS. Indika Energy menandatangi penyertaan saham Nusantara sebesar 33,4 juta saham seharga AUD$ 0,23 per lembar pada 2018. Nilai transaksinya sebesar AUD$ 7,68 juta.
Indika merupakan perusahaan yang bergerak di sektor energi. Indika memiliki beberapa anak usaha yaitu yaitu Kideco Jaya Agung, Multi Tambangjaya Utama, Santan batubara, Mitra Energi Agung, Indika Energy Trading, Tripatra, Mitrabahtera Segara Sejati, Cirebon Electric Power, Indika Logistic and Support Services, dan Kuala Pelabuhan Indonesia.
Kinerja Indika di 2018
Sepanjang 2018, Indika mencatat laba inti sebesar US$ 168,4 juta (sekitar Rp 2,4 triliun) atau naik 78% dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan itu dipicu optimalisasi operasi Kideco Jaya Agung.
Indika juga membukukan pendapatan sebesar US$ 2,9 juta atau naik 169,7%. "Peningkatannya terutama dari pendapatan Kideco," kata Direktur Utama Indika Energy Arsjad Rasjid, dalam keterangan persnya.
(Baca: Adaro dan Kideco Kaji Teknologi Hilirisasi Batu Bara)
Laba kotor Indika pada 2018 mencapai US$ 641,2 juta atau naik 421,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Laba usaha juga melonjak signifikan sebesar 1.388$ menjadi US$ 34,1 juta.
Beban keuangan perusahaan tercatat mencapai US$ 100 juta atau meningkat 30%. Hal ini karena bertambahnya beban bunga pada Senior Notes senilai US$ 575 juta yang terbit pada Oktober 2017 dan jatuh tempo pada 2024. Hutang ini untuk membiayai akusisi 45% saham tambahan Kideco.