Pertamina Diharapkan Bisa Fokus Tangani Tumpahan Minyak Blok ONWJ

Image title
2 Agustus 2019, 09:27
Petugas menyelesaikan pemasangan peralatan "Oil Boom" milik Oil Spill Response Center (OSCT) untuk melokalisir tumpahan minyak mentah di Pantai Sedari, Cibuaya, Karawang, Jawa Barat, Kamis (1/8/2019). Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java b
ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar
Petugas menyelesaikan pemasangan peralatan "Oil Boom" milik Oil Spill Response Center (OSCT) untuk melokalisir tumpahan minyak mentah di Pantai Sedari, Cibuaya, Karawang, Jawa Barat, Kamis (1/8/2019). Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java bekerjasama dengan OSCT berupaya meminimalisir dampak tumpahan minyak dengan pemasangan Oil Boom di setiap pesisir pantai sebagai upaya percepatan penanganan tumpahan minyak mentah milik Pertamina di pesisir Karawang.

Pertamina sedang berusaha meminimalisir tumpahan minyak yang terjadi di Lapangan YY Blok Offshore North West Java (ONWJ) Laut Karawang, Jawa Barat. Perseroan pun mengklaim tumpahan minyak tersebut mulai berkurang 10 persen, dari yang awalnya mencapai 3.000 barel per hari (BOPD).

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai peristiwa kick dan dilanjutkan dengan keluarnya minyak pada anjungan YY oleh operator PHE ONWJ menjadi cerita yang berkepanjangan. Akibat kejadian ini,  Pertamina bekerja keras untuk menangani insiden tersebut.

"Di tengah kerja keras yang dilakukan tersebut, ternyata ada saja pihak-pihak yang menggunakan musibah ini untuk mencari keuntungan pribadi atau golongan," ujar Mamit kepada Katadata.co.id, Kamis malam (1/8). Lebih lanjut, Mamit menegaskan yang terkena musibah ini yakni perusahaan nasional, maka sudah semestinya harus mendapat dukungan berbagai pihak.

Maka dari itu ia meyakini jika perusahaan plat merah tersebut pasti akan menyelesaikan semua dampak yang terjadi akibat musibah ini. "Baik itu dari sisi lingkungan maupun ekonomi masyarakat sekitar yang terdampak," kata Mamit.

(Baca: Menteri Susi: Tumpahan Minyak di Blok ONWJ Pelajaran untuk Pertamina)

Menurut Mamit, biarkan Pertamina fokus dan jangan diganggu terlebih dahulu oleh tuntutan-tuntutan akibat musibah ini. Bahkan memperkarakannya sampai ke dunia internasional.

Di sisi lain, ia juga melihat para politikus menggunakan musibah ini untuk menaikan pamor. Ia pun meminta agar Pertamina diberi kesempatan untuk merampungkan insiden tersebut. "Setelah itu kita bicara soal investigasi dan kompensasi terhadap yang terdampak," ujarnya.

Ia juga menghimbau agar warung, tambak atau usaha lainnya yang dengan adanya insiden ini tiba-tiba langsung meminta ganti rugi ke Pertamina. "Biarkan mereka berkonsentrasi untuk menanggulangi musibah ini terlebih dahulu sampai semuanya selesai," ujar Mamit.

Sebagaimana diketahui, peristiwa kebocoran gas dan tumpahan minyak pertama kali terjadi pada 12 Juli 2019 ketika PHE melakukan pengeboran pada sumur (re-aktivitasi) YYA-1. Kemudian pada 14 Juli 2019, gelembung gas semakin besar disusul tumpahan minyak dari sumur tersebut.

(Baca: Pertamina Klaim Tumpahan Minyak di Blok ONWJ Sudah Berkurang 10%)

Pertamina pun terus mengintensifkan penanganan operasi pasca peristiwa tumpahan minyak di sekitar anjungan dengan memasang lima unit Giant Octopus Skimmer dan membentang 5 x 400 meter Static Oil Boom di sekitar wilayah terdampak. Selain itu Pertamina juga telah memobilisasi dan menyiagakan 32 kapal untuk oil spill combat, patroli, dan standby firefighting.

Reporter: Verda Nano Setiawan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...