Ekspor Minyak Sawit 2019 Berpotensi Turun di Tengah Tekanan Uni Eropa

Rizky Alika
8 Agustus 2019, 06:11
sawit
ANTARA FOTO/Budi Candra Setya

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengatakan ekspor minyak sawit menghadapi banyak tekanan tahun ini. Hal itu dikhawatirkan bisa berdampak pada turunnya ekspor sawit Indonesia menjadi sekitar 30 juta ton. 

Pada tahun lalu, Gapki mencatat keseluruhan ekspor minyak sawit (mencakup CPO, biodiesel dan oleochemical) mencapai 34,71 juta ton, sementara khusus untuk komoditas minyak sawit mentah (CPO) sebesar 32,02 juta ton. "Prediksinya sekitar 30 juta ton. Kita bisa mencapai 30 juta ton saja sudah bagus," kata Sekretaris Jenderal Gapki Kanya Lakshmi Akmani Hotel, Jakarta, Rabu (7/8).

Advertisement

(Baca: Terpengaruh Perang Dagang, Ekspor Sawit Indonesia Tumbuh 10%)

Kanya mengatakan, ekspor sawit dalam negeri menghadapi banyak hambatan, seperti tuduhan subsidi biodiesel dari Uni Eropa. Hal itu, menurutnya hanya salah satu upaya Benua Biru dalam mengurangi konsumsi sawit untuk mendapatkan insentif clean energy.

Meski begitu, ekspor sawit masih berpeluang tumbuh, terutama ke Tiongkok  seiring dengan kebijakan penghapusan kuota tarif impor minyak nabati, salah satunya sawit.

Ekspor ke India pun berpotensi meningkat lantaran negeri Bollywood tersebut ingin menyamakan tarif bea masuk sawit Indonesia dengan Malaysia yang saat ini terpaut 9%. Jika kebijakan tersebut direalisasikan, dia optimsitis ekspor sawit dapat meningkat pesat.

Harapan membaiknya industri sawit juga datang dari dalam negeri seiring peningkatan serapan sawit dari penerapan mandatori biodiesel 20% serta percepatan 30% (B30). Serapan sawit dari program B20 saat ini diperkirakan mencapai 6 juta ton. 

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement