Calon Pimpinan KPK Kritik Operasi Tangkap Tangan, ICW: Calon Tak Paham
Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang kerap dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendapat sorotan dari calon pimpinan KPK Jasman Pandjaitan. OTT dianggap sebagai cara untuk menutupi kelemahan lembaga antirasuah dalam mengungkap kerugian negara.
Jasman juga menyoroti nilai pengembalian kerugian negara dari OTT yang sangat kecil. “Padahal, di belakangnya ada yang dirugikan,” kata dia. Semestinya, menurut dia, KPK mengutamakan pencegahan dan koordinasi untuk pengawasan secara luas.
(Baca: Dilaporkan ke Polisi, Koordinator ICW Tetap Awasi Seleksi Capim KPK)
Merespons pernyataan tersebut, Koordinator lembaga swadaya masyarakat (LSM) Indonesian Coruption Watch (ICW) Adnan Topan Husodo menilai OTT sebagai salah satu strategi yang positif. Ia juga menepis pernyataan Jasman bahwa pengembalian kerugian negara dari OTT sangat kecil.
Ia menjelaskan, OTT adalah pembuka jalan untuk mengembalikan kerugian negara. "OTT itu kan strategi untuk mengungkap praktek penyuapan. Tahap berikutnya yang harus dilakukan adalah case building," kata dia di Jakarta, Kamis, (29/8).
(Baca: KPK Periksa Putra Setya Novanto Dalam Kasus e-KTP)
Ia mencontohkan kasus korupsi yang menimpa Bupati Bangkalan Jawa Timur, Fuad Amin. Fuad dijadikan tersangka oleh KPK karena menerima suap sebesar Rp 700 juta rupiah. Namun, setelah diselidiki lebih lanjut, KPK menemukan harta kekayaan Fuad mencapai Rp 450 miliar rupiah.
Temuan tersebut kemudian dijadikan dasar oleh KPK untuk menjerat Fuad dengan Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). “Bisa diartikan, calon itu mungkin kurang memahami kerja di dalam KPK," ucap Adnan.