KPK Umumkan Tersangka Mafia Migas Siang Ini
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bakal mengumumkan tersangka terkait kasus mafia di sektor migas pada hari ini, Selasa (10/9). Pengumuman tersebut merupakan hasil penyeledikan lembaga antirasuah itu setelah Presiden JokoWidodo membubarkan Pertamina Energy Trading Ltd (Petral).
"Setelah Presiden Jokowi membubarkan Petral pada Mei 2015 sebagai bagian dari perang pemerintah terhadap mafia migas, KPK melakukan penyelidikan mendalam untuk menelusuri fakta-fakta hukum praktik mafia di sektor migas. Informasi tentang perkara tersebut akan kami sampaikan pada publik siang ini di gedung KPK," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah di Jakarta, Selasa.
KPK sebelumnya telah menelaah hasil audit forensik terhadap Petral dalam pengadaan minyak pada 2012-2014.
(Baca: Mantan Bos Petral Gantikan Daniel Purba di Unit Pengadaan Pertamina)
Petral dibubarkan Presiden Joko Widodo pada Mei 2019 sebagai salah satu rekomendasi dari Tim Tata Kelola Migas yang dibentuk mantan Wali Kota Solo itu. Pertamina kemudian diminta melakukan audit forensik terhadap perusahaan yang bertugas menjadi 'marketing' produk minyak bumi Indonesia.
Audit tersebut dilakukan oleh auditor Australia dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan rampung pada November 2015. Hasil audit kemudian diserahkan Pertamina, Menteri ESDM, Presiden Joko Widodo, dan aparat penegak hukum, termasuk KPK.
Sudirman said yang saat itu menjabat sebagai Menteri ESDM mengatakan dalam hasil audit tersebut ditemukan adanya keterlibatan pihak ketiga pada proses pengadaan dan jual beli minyak mentah maupun produk BBM di Petral. Pihak ketiga itu turut campur mulai dari mengatur proses tender, membocorkan informasi mengenai harga penawaran, hingga menggunakan instrumen karyawan Petral untuk memenangkan hasil tender tersebut.
(Baca: Sejak Petral Bubar, Pertamina Hemat Impor Minyak Rp 6,9 Triliun )
Akibat praktik tersebut, Pertamina dan Petral, bahkan masyarakat luas, dirugikan karena tidak memperoleh harga yang optimal. Yaitu, harga yang terbaik ketika impor minyak mentah dan produk BBM.
Sejak dibubarkan, tugas Petral digantikan PT Pertamina Integrated Supply Chain (ISC Pertamina) sehingga diskon yang sebelumnya disandera pihak ketiga sudah kembali ke pemerintah dan perdagangan lebih transparan serta bebas.
Mafia tersebut diduga menguasai kontrak 6 miliar dolar AS per tahun atau sekitar 15 persen dari rata-rata impor minyak tahunan senilai 40 miliar dolar AS. Pada April 2017, Pertamina mengklaim berhasil menghemat US$ 523 juta atau sekitar Rp 6,9 triliun selama tahun 2015-2016.