IHSG Anjlok ke Level 6.000, Investor Disarankan Borong Saham Lapis Dua
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Senin (7/10) anjlok 1% ke level 6.000. IHSG turun cukup dalam meski asing masih mencatatkan beli bersih pada seluruh pasar sebesar Rp 144 miliar.
Analis Sucor Sekuritas Handriko Gani menjelaskan terdapat tiga faktor yang menyebabkan IHSG turun cukup dalam hari ini. Pertama, menurut dia, data cadangan devisa dalam negeri yang menurun. Bank Indonesia (BI) pada hari ini mengumumkan cadangan devisa pada September 2019 turun dari US$ 126,4 miliar pada Agustus menjadi US$ 124,3 miliar.
Kedua, adanya sentimen perundingan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok.
"Kemudian dari The Fed (Bank Sentral AS) apakah mau cut rate atau tidak, kalau cut jadi sentimen positif, karena ada pelonggaran dari sisi moneter," kata Gani saat ditemui di Jakarta, Senin (7/10).
(Baca: IHSG Berpotensi Naik Lagi, Saham-Saham Ini Layak Dicermati Investor)
Ketiga, pelemahan IHSG diprediksi disebabkan oleh kekhawatiran resesi. Purchasing Managers Index (PMI) AS sudah dua kali berada di bawah 50, ini menimbulkan sentimen negatif global. Sedangkan untuk sentimen dalam negeri sudah mulai mereda, seiring pelantikan kabinet baru.
Handriko memprediksi IHSG dalam jangka pendek berpotensi berada di level 6.000. Namun, ia memproyeksi pada akhir tahun, IHSG masih dapat menguat ke level 6.500. "Ada kemungkinan masih bisa menguat. Ada kemungkinan naik tapi harus dijaga di level ini (6.000)," ungkapnya.
Ia merekomendasikan investor untuk membeli saham yang berada di lapis dua dan tiga. Saham lapis dua memiliki kapitalisasi pasar antara Rp 500 miliar-10 triliun, yang cendrung fluktuatif dan saham yang terbilang likuid.
Sementara saham lapis tiga, memiliki kapitalisasi dibawah angka Rp 500 miliar. Saham-saham pada lapis tiga memiliki votalitas harga yang tinggi.
(Baca: IHSG Berpotensi Naik Lagi, Saham-Saham Ini Layak Dicermati Investor)
Pada perdagangan hari ini, indeks saham sempat dibuka menguat di level 6.077, tetapi pergerakannya berfluktuasi sepanjang hari dan sempat mencapai titik terendah pada level 5.988. Sebanyak 131 saham naik, 272 saham turun, sedangkan 139 saham turun.
Seluruh sektor indeks saham masuk ke zona merah dengan pelemahan paling dalam pada sektor industri dasar sebesae 2,51%. Kemudian sektor manufaktur sebesar 1,75%, dan sektor konsumer 1,47%.
Asing masih mencatatkan beli bersih pada seluruh pasar sebesar Rp 144,84 miliar. Sementara khusus di pasar regional, asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp 57,09 miliar.
Pada perdagangan hari ini, investor asing masih gencar membeli saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Astra Internasional Tbk ASII). Sementara aksi jual banyak dilakukan asing pada saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Pelayaran Tamarin Sumatera Tbk (TAMU), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).