BI Perkirakan Pertumbuhan Kredit Perbankan Tahun ini Melambat
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan pada tahun ini melambat. BI memproyeksi pertumbuhan kredit perbankan berkisar 10% hingga 12%.
Padahal pada tahun lalu, pertumbuhan kredit perbankan bisa mencapai di atas 12%. "Pengaruh global ternyata sangat signifikan. Koreksi ke bawah terus. Itu sebabnya, kalau dilihat trennya melemah," kata Kepala Group Kebijakan Makro Prudential Bank Indonesia Retno Ponco Widarti ketika ditemui di Jakarta, Kamis (17/10).
Bank Indonesia akan mengambil kebijakan countercyclical agar tren pertumbuhan kredit tidak semakin turun. Kebijakan yang diambil seperti menurunkan tingkat suku bunga acuan BI 7-day (Reverse) Repo Rate secara bertahap sejak Juli 2019. Pada awal tahun, suku bunga acuan berada di level 6% dan saat ini turun menjadi 5,25%.
Selain itu, BI mengeluarkan kebijakan terkait Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) dari yang sebelumnya memiliki rentang 80%-92%, menjadi 84%-94%. "Sehingga perbankan didorong untuk tingkatkan kreditnya," kata Retno.
(Baca: Permintaan Lesu, Bunga KPR dan Kredit Kendaraan Diproyeksi Makin Turun)
BI juga mengambil langkah melonggarkan aturan Loan to Value (LTV) bagi Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Tahun lalu, BI sudah menghapus ketentuan uang muka minimal untuk rumah pertama. Tahun ini BI kembali melonggarkan kebijakan uang muka menjadi lebih rendah untuk kepemilikan rumah kedua dan seterusnya.
Menurut Retno, pertumbuhan kredit di sektor properti tahun ini bakal tumbuh lebih besar dari pada pertumbuhan kredit perbankan secara umum. Meski begitu, Retno mengakui pertumbuhan KPR bakal lebih lambat dibandingkan dengan tahun lalu.
"KPR ini kan leading. Makanya BI concern dengan properti karena dia sektor yang punya backward dan forward yang sangat besar. Begitu dia bergerak, yang lain juga bergerak," kata Retno.
Disini lain, berdasarkan survei kepada pelaku industri perbankan oleh Bank Indonesia, ada indikasi perlambatan pertumbuhan kredit untuk keseluruhan tahun ini. Kredit diperkirakan tumbuh hanya 9,7%, atau lebih rendah dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya.
Menurut Retno, ketika ekonomi sedang masuk masa tren penurunan, pelaku industri cenderung terlalu pesimis sehingga khawatir atas resiko berlebihan. "Sehingga itu akan membuat siklus pertumbuhan kreditnya makin turun," kata Retno.
(Baca: 100 Bank Ditutup, LPS Bayar Klaim Simpanan Rp 1,5 Triliun Sejak 2005)
Pertumbuhan kredit perbankan pada paruh pertama 2019 memang melambat menjadi 9,94% (yoy) dibandingkan Mei 2019 yang sebesar 11,05% (yoy). Pada Juni 2019, kredit yang disalurkan industri perbankan mencapai Rp 5.528,59 triliun.
Biarpun begitu, jumlah kredit perbankan tahun ini meningkat dibandingkan tahun lalu. Kredit modal kerja yang disalurkan perbankan hingga Juni 2019 mencapai Rp 2.561,03 triliun, naik 9,21% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penyaluran kredit investasi mencapai Rp 1.404 triliun. Angka ini meningkat 13,84% dibandingkan Juni 2018 sebesar Rp 1.233,25 triliun.
Untuk penyaluran kredit konsumsi mencapai Rp 1.502,61 triliun. Hal ini menunjukkan kenaikan 7,64% dibandingkan Juni 2018 sebesar Rp 1.395,93 triliun. Berikut grafik pertumbuhan kredit perbankan hingga Juni 2019 seperti dilansir dari Databoks :