Jadi Calon Menteri, Prabowo Pernah Debat dengan Jokowi soal Pertahanan
Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto akan menjadi menteri pertahanan dalam kabinet periode kedua Presiden Joko Widodo (Jokowi). Prabowo telah bertemu dengan Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin sore (21/10) membahas tawaran sebagai menteri.
Prabowo dikabarkan memang tertarik menjabat sebagai pemimpin di kementerian pertahanan. Saat menjadi calon presiden, Prabowo pernah menyampaikan beberapa program pertahanan di debat pemilihan presiden (Pilpres) 2019.
Pada debat capres putaran keempat yang berlangsung di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (30/3/2019), Prabowo melontarkan berbagai kritik atas kebijakan pertahanan pemerintahan Jokowi, di antaranya mengenai anggaran.
(Baca: Masuk Kabinet, Prabowo Diminta Jokowi Bantu Bidang Pertahanan)
Jokowi awalnya menyatakan anggaran Kementerian Pertahanan mencapai Rp 107 triliun atau kedua terbesar setelah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Namun, Prabowo menaksir angka tersebut hanya 5% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan 0,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Rasio itu jauh dari Singapura yang anggaran pertahanannya mencapai 3% dari PDB.
Prabowo memandang perlunya penambahan anggaran pertahanan. Menurutnya anggaran ini diperlukan untuk mengefektivitaskan belanja alat utama sistem persenjataan (alutsista) radar.
Selain belanja radar, Prabowo akan memodernisasi alutsista seperti kapal dan pesawat. Prabowo pun bakal menguatkan pertahanan siber di Indonesia.
Penguatan pertahanan siber dianggap penting karena saat ini banyak startup digital bermunculan di Indonesia. Startup tersebut seluruhnya terkoneksi dalam big data yang ada di internet, sehingga dianggap perlu antisipasi agar data siber tidak digunakan untuk kepentingan negara lain.
(Baca juga: Kritik Prabowo soal Anggaran hingga Kebohongan Penasihat Jokowi)
Mantan Danjen Kopassus tersebut juga memberikan peringatan kepada Jokowi. Menurutnya, diplomat negara lain bisa jadi sedang menghitung kekuatan Indonesia.
Prabowo menyebutkan, presiden sebagai panglima tertinggi tak boleh menganggap tidak akan ada perang. "Apabila menghendaki damai, siaplah untuk perang. Karena laut dan hutan kita kaya," kata Prabowo.
Jokowi menanggapu dengan menyatakan, perkiraan tidak ada perang tersebut merupakan bentuk perkiraaan dari tim intelijen strategis. "Intelejen strategis memperkirakan, namanya memperkirakan bisa betul, bisa keliru," kata dia.
(Baca: Prabowo Sebut Gerindra Dapat Dua Jatah Menteri di Kabinet)