Sri Mulyani: Defisit Transaksi Berjalan Bukan Dosa
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, defisit transaksi berjalan masih menjadi tantangan bagi perekonomian Indonesia. Current account deficit atau CAD yang terlalu besar dapat menghambat perekonomian domestik.
"Tapi CAD bukan dosa. Banyak negara di dunia yang tumbuh dengan CAD, tetapi mereka dapat membiayainya secara berkelanjutan," kata Sri Mulyani dalam diskusi FT AIIB Summit 2019 di Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (26/11).
Ia menjelaskan, salah satu penyebab besarnya defisit transaksi berjalan yakni defisit minyak dan gas. Berdasarkan data BPS, neraca perdagangan migas dalam sembilan bulan pertama tahun ini mencapai US$ 6,44 miliar. Meski masih besar, jumlah tersebut turun dibanding periode yang sama tahun lalu US$ 9,45 miliar.
"Indonesia memiliki banyak campuran energi. Ini harus terus dikembangkan," jelas dia.
Selain energi, sektor jasa dan keuangan memberikan sumbangan besar terhadap defisit transaksi berjalan. Oleh karena itu, menurut Sri Mulyani, dibutuhkan perbaikan pada struktur sektor perekonomian tersebut.
(Baca: Menko Airlangga: Defisit Transaksi Berjalan Berpotensi Melebar di 2020)
Neraca transaksi berjalan merupakan cerminan kegiatan perekonomian lintas negara. Neraca ini mencakup perdagangan barang dan jasa, serta pendapatan primer. Selama ini, defisit transaksi berjalan di Indonesia dibiayai oleh surplus transaksi modal dan finansial.
Namun jika perekonomian global bergejolak dan mengganggu aliran modal asing masuk, maka transaksi modal dan finansial tak mampu menutup defisit transaksi berjalan. Akibatnya, neraca pembayaran mengalami defisit dan menyebabkan nilai tukar rupiah melemah.