Asosiasi Fintech Proyeksi Penyaluran Kredit Tahun Depan Tumbuh 45%
Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) memperkirakan jumlah penyaluran kredit melalui teknologi finansial pinjaman (fintech lending) pada tahun depan bisa naik hingga 45% menjadi Rp 70 triliun. Untuk tahun ini, AFPI memproyeksi pertumbuhan pinjaman bisa naik hingga 100% atau dua kali lipat menjadi Rp 45 triliun.
Jumlah pinjaman fintech memang terus meningkat sejak 2018. Pada tahun lalu, jumlah pinjaman tumbuh hingga 800% menjadi Rp 23,4 triliun dari tahun sebelumnya yang hanya sekitar Rp 3 triliun.
Pertumbuhan penyaluran pinjaman didorong banyaknya masyarakat yang belum mendapatkan layanan finansial. Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2019 yang dilakukan oleh Google dan Tamasek pada akhir 2019, ada 92 juta masyarakat dewasa Indonesia yang belum tersentuh layanan finansial.
Pangsa pasar tersebut yang coba diambil oleh fintech lending, terutama dari kalangan millenial. "Itu (millenial) kan yang paling siap terhubung dengan fintech dan e-commerce," ujar Ketua Harian AFPI Kuseryansyah pada Rabu (27/11) di Jakarta.
Dia mengatakan generasi millenial yang sudah terbiasa menggunakan platform digital akan dengan mudah terjamah oleh fintech. Hal tersebut membuat jarak dari indeks inklusi keuangan semakin mengecil.
(Baca: Akulaku & Kredivo Fintech Lending yang Paling Banyak Digunakan di 2019)
Berdasarkan Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) ketiga yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun ini menunjukkan indeks inklusi keuangan Indonesia mencapai 76,19%. "Dengan kondisi gap pada inklusi keuangan yang masih lebar, geliat fintech jadi terus meningkat. Fintech akan semakin banyak digunakan," tutur Kuseryansyah.
Dia pun memperkirakan jumlah fintech lending ke depan semakin banyak. Saat ini sudah ada 114 fintech lending terdaftar di Indonesia dan 100-an fintech lending lainnya masih antre agar bisa terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "Industri yang masih bayi ini akan terus berkembang. Ke depan mesti banyak regulasi yang mengatur," kata Kuseryansyah.
Direktur PT FinAccel Teknologi Indonesia (Kredivo) Anita Wijanto mengatakan sejak perusahaan didirikan pada 2016, rata-rata para peminjam di Kredivo merupakan kalangan millenial dengan rentang usia dari 20 sampai 30 tahun. Pihaknya mendorong percepatan inklusi keuangan dengan menjaring masyarakat yang sebelumnya belum terjamah layanan finansial.
"Visi kami bagaimana membangun akses masyarakat ke kredit. Kadang baru kerja setahun dua tahun, ke bank ditolak, sekarang bisa akses," ujar Anita.
Sebelumnya, Riset Dailysocial menunjukkan, Akulaku dan Kredivo menjadi fintech lending bersifat konsumtif yang layanannya paling banyak digunakan sepanjang tahun ini. Dari 343 responden, 65,9% menggunakan Akulaku dan 63% memilih Kredivo.
Untuk fintech pinjaman bersifat produktif atau Peer to Peer (P2P) lending yang paling banyak digunakan yakni KoinWorks. Sebanyak 29,9% dari 254 responden menggunakan platform KoinWorks.
(Baca: Fintech dan Ojek Online Berharap pada 7 Staf Khusus Milenial Jokowi)