Perluas Usaha, Faspay Buka Pintu Investor Strategis Masuk
Penyedia platform pembayaran elektronik yakni Faspay membuka diri bagi investor untuk mendanai bisnis mereka. Namun tak hanya modal, Faspay mensyaratkan mitra tersebut memiliki kelebihan lain dalam meningkatkan usaha payment gateway mereka.
Chief Executive Officer Faspay Eddy Tju mengatakan pemodal yang masuk harus punya nilai strategis lain. “Misal mereka punya teknologi, jaringan, atau merchant hingga luar negeri,” kata Eddy saat berkunjung ke Kantor Katadata.co.id beberapa hari lalu.
(Baca: Pendirinya WNA, Fintech Cashlez Mengeluh Sulit Kantongi Izin BI)
Berbeda dengan perusahaan rintisan alias startup, Eddy enggan mengejar valuasi demi mendapatkan pendanaan besar. Ia lebih memilih pembiayaan konvensional namun dapat menunjang kemajuan bisnis Faspay dalam jangka waktu panjang.
“Jadi beda misi, kami kerja (dengan pendanaan) tradisional namun gaya startup,” kata dia.
Saat ini Faspay memiliki tiga produk yakni Faspay Business, Faspay Billing, dan Faspay SendMe. Faspay Business difokuskan untuk perusahaan yang memiliki tim IT yang kuat dan jumlah transaksi yang tinggi. Sementara itu Faspay Billing digunakan untuk perusahan yang tak punya IT mumpuni dan fokus pada transaksi kecil, seperti invoice.
Sedangkan Faspay SendMe berfokus pada bisnis transfer uang dari business ke consumer (B2C). Ini bisa dimanfaatkan untuk pembayaran refund (pengembalian dana) ke konsumen, menyalurkan pinjaman (disbursing loan), hingga membayar pemasok usaha (paying out supplier).
“Sederhananya bisnis kami bantu perusahaan lain terima dan kirim uang,” kata Eddy.
Dengan ketiga produk ini, bisnis Faspay berhasil tumbuh sebesar empat hingga lima persen tiap tahun dengan perputaran uang mitra sebesar 1,5 triliun per bulan. Eddy mengatakan saat ini Faspay sudah menggandeng 1600 rekanan di 20 industri berbeda.
“Kami juga melayani 23 mitra dengan 40 pilihan pembayaran,” ujar dia.
Berawal Dari Mobile Banking
Cikal bakal Faspay adalah perusahaan bernama PT. Media Indonusa yang didirikan tahun 2003 di bawah naungan Astel Group. Bisnis yang ditawarkan adalah rekanan perbankan untuk menyediakan jasa mobile banking.
Eddy menceritakan saat itu hanya ada dua bank yang memiliki teknologi ini, yaitu BCA dan Bank Mandiri. Sedangkan mobile banking terdaftar dalam Sim Tool Kit (STK) bawaan provider dan ponsel nasabah masing-masing.
Berbeda dengan saat ini, mobile banking di masa lalu tidak memiliki banyak konten yang bisa diakses dalam menu pembayarannya. Eddy mengatakan Faspay muncul karena nasabah bank membutuhkan konten pembayaran berbeda.
“Untuk itu kami hadir supaya bank bisa mendapat banyak merchant sebagai konten pembayarannya,” jelas Eddy.
(Baca: Bertambahnya Dompet Digital Dianggap Naikkan Inklusi Keuangan)
Sedangkan tantangan bisnis payment gateway saat ini adalah kompetisi dengan bisnis sejenis. Menurut Eddy, mereka akan bersaing dalam pelayanan dan kreatifitas, bukan saja diskon atau promosi.
“Semangatnya e-commerce harusnya dilaksanakan secara full online, tanpa harus lepas gadget,” ujar dia.
Beberapa mitra Faspay antara lain Hotel Mulia Jakarta, Hotel St Regis Bali, Ayodya Resort Bali, Trans Studio Bandung, JakCloth.co.id, Kredivo, hingga MNC Shop.
Reporter: Amelia Yesidora (magang)