Jokowi Targetkan Impor Bahan Baku Petrokimia Bisa Disetop pada 2024
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan Indonesia bisa menyetop impor bahan baku petrokomia pada 2024. Target tersebut diharapkan tercapai seiring dengan masuknya investasi sektor petrokimia.
Jokowi berharap pengusaha terus meningkatkan investasi industri bahan bahan baku untuk memproduksi barang substitusi impor.
"Karena impor kita di bidang petrokimia masih besar, sehingga investasi yang terus menerus di bidang ini harus diberikan ruang, agar nantinya impor bahan-bahan petrokimia bisa betul-betul disetop dan kita justru bisa mengekspornya," kata Jokowi saat meresmikan pabrik New Polyethylene PT Chandra Asri Petrochemical di Cilegon, Banten, Jumat(12/6).
Pabrik baru senilai US$ 380 juta atau sekitar Rp5,7 triliun nantinya akan memproduksi polyethylene (PE) berkapasitas 400.000 ton per tahun. Dengan begitu, kapasitas produksi polyethylene Chandra Asri secara keseluruhan akan mencapai 736.000 ton.
(Baca: Diresmikan Jokowi, Chandra Asri Bangun Pabrik Bahan Baku Plastik)
Dengan dibangunnya pabrik petrokimia di dalam negeri, dia pun berharap dalam empat atau lima tahun mendatang Indonesia tidak lagi mengimpor bahan-bahan petrokimia. Bahkan diharapkan Indonesia mulai mengekspornya ke depan.
Presiden menjelaskan, neraca perdagangan seluruh bahan kimia saat ini masih defisit Rp193 triliun, dengan nilai ekspor Rp 124 triliun dan nilai impor Rp 317 triliun.
Sedangkan dari sisi volume, kebutuhan polyethylene di dalam negeri mencapai 2,3 juta ton per tahun, sedangkan produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi 280 ribu ton per tahun. Sehingga, 1,52 juta ton sisanya masih harus diimpor.
(Baca: Tiga Faktor Turunnya Kinerja Chandra Asri di Semester I 2019)
“Ini angka yang sangat besar sekali. Makanya kita berikan tax holiday, tax allowance itu karena ini defisitnya masih Rp193 triliun. Untuk apa? Kita bisa membuat kenapa kok harus impor. Satu per satu akan saya lebih detailkan untuk diselesaikan,” ungkap Jokowi.
Untuk itu, Presiden mengapresiasi Chandra Asri dalam ekspansinya sebagai langkah konkret mengatasi neraca perdagangan Indonesia.
Adapun pada peresmian pabrik tersebut, Presiden didampingi Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dan Menteri BUMN Erick Thohir.