Pemerintah Lirik Dassault Rafale dan Sukhoi Su-35, Mana Lebih Unggul?

Sorta Tobing
24 Januari 2020, 15:46
Dassault Rafale, Sukhoi Su-35, Prabowo Subianto, alutsista
ANTARA FOTO/REUTERS/Regis Duvig
Perakitan jet tempur Dassault Rafale di pabrik Dassault Aviation di Merignac, Prancis, Selasa (8/10/2019).

Pemerintah Indonesia dikabarkan tertarik membeli 48 jet tempur Dassault Rafale dan empat kapal selam Scorpene buatan Prancis. Selain itu, pemerintah juga ingin membeli dua kapal perang Korvet Gowind.

Kabar ini muncul dalam sebuah surat kabar mingguan Prancis, La Tribune, usai Menteri Pertahanan Prabowo Subianto melakukan lawatan ke Paris pada 11-13 Januari lalu. Namun, Wakil Menteri Pertahanan Wakti Wahyu Trenggono menengaskan pembelian sistem persenjataan (alutsista) tersebut belum terjadi.

Prabowo sampai sekarang masih sebatas melihat-lihat alutsista dari sejumlah negara, termasuk juga Turki dan Jerman. “Kalau namanya melihat kan boleh. Belum tentu beli,” ucap Trenggono pada Rabu (22/1), seperti dikutip dari Antara.

Keinginan Prabowo untuk memperkuat sistem pertahanan dalam negeri memang sudah lama mencuat. Usai menghadiri rapat dengan anggota Komisi I DPR beberapa waktu lalu, ia mengatakan para wakil rakyat setuju dengan rencana itu.

Apalagi Indonesia baru saja mengalami peristiwa konfrontasi dengan Tiongkok di perairan Laut Natuna. “Kedaulatan dan kemerdekaan itu harus dipertahankan dan pertahanan itu butuh investasi,” ucap Prabowo pada Senin lalu.

(Baca: RI Beli Kapal Besar Dari Denmark untuk Perkuat Armada di Natuna)

Selain dengan Prancis, Indonesia sebenarnya sudah menandatangani pengadaan 11 unit jet tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia. Nilai kontraknya mencapai US$ 1,14 miliar. Namun, sampai sekarang pengadaan barangnya belum terealisasi karena Rusia terkena sanksi dari Amerika Serikat.

Pemerintah Indonesia masih menimbang apakah melanjutkan kontrak itu atau membatalkannya. “"AS mencoba mencegah negara-negara sahabat kami untuk bekerja sama dengan Rusia, terutama dalam bidang militer," kata Wakil Duta Besar Rusia Oleg V Kopylov, dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, pada 18 Desember 2019, dilansir dari CNNIndonesia.com.

Kopylov memastikan kontrak tidak terganggu dan perundingan masih berjalan. “Kami tidak dalam situasi tergesa-gesa, mendorong, apalagi mendikte Indonesia dalam kontrak pembelian ini. Kami terus terbuka untuk berunding," ucapnya.

Keunggulan Dassault Rafale vs Sukhoi Su-35

Dassault Rafale yang kabarnya dilirik oleh Prabowo merupakan tipe tercanggih dari Dassault Aviation. Perusahaan mengklaim pesawat ini merupakan satu-satunya jet tempur buatan Eropa yang memakai sensor radar elektronik.

Sistem radar ini dikembangkan oleh Thales dengan nama RBE2 dan dapat mendeteksi ancaman lebih cepat dan melacak beberapa target sekaligus. Rafale juga memiliki sistem front sensor optronics atau FSO yang terintegrasi penuh dalam pesawat. Sistem ini membuat pesawat dapat melacak target di udara, air, dan darat dengan laser beresolusi tinggi.

Rafale juga diklaim memiliki berbagai fungsi atau omnirole. Ia bisa dipakai untuk pertahanan udara, mengawasi musuh tanpa terdeteksi, membidik sasaran dari jarak yang dinamis, dan melakukan serangan udara dengan presisi. Pesawat juga bisa dipakai anti-serangan rudal kapal perang.

(Baca: Jokowi Putuskan Rencana Pembelian Alutsista dari Prancis Pekan Depan)

Ketika mengalami kondisi habis bahan bakar, Rafale dapat meminta bantuan dari pesawat jet lainnya. Kemampuan buddy-buddy refueling ini lebih efisien karena tidak memerlukan kapal induk atau mendarat terlebih dulu untuk mengisi bahan bakar.

Menurut data AirCraftCompare.com, harga Rafale sekitar US$ 115 juta. Sementara, Sukhoi Su-35 sekitar 65 juta.

Meskipun lebih murah, namun pesawat buatan Rusia itu tak kalah canggih. Jet tempur ini bersaing dengan F-22 buatan Amerika Serikat. Su-35 bisa membawa 12 peluru kendali, sementara F-22 hanya delapan. Manuvernya tak kalah dengan F-22, bahkan bisa terbang dalam jarak lebih jauh.

Karena itu, MilitaryWatchMagazine.com mempertanyakan rencana pemerintah membeli Rafale. Dalam analisisnya, Rafale jauh lebih mahal ketimbang Su-35. Selain itu, kemampuan terbangnya  lebih lamban ketimbang pesawat tempur yang sudah dimiliki Indonesia saat ini. Rafale kemungkinan besar tidak memiliki stamina setara Su-35 ataupun Su-30 untuk patroli jarak jauh.

(Baca: Jokowi Minta Prabowo Ubah Belanja Alutsista jadi Investasi Pertahanan)

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...