Tahun Baru 2020, Tiga Investasi Ini Dinilai Tepat untuk Milenial
Memasuki tahun 2020 tampaknya Indonesia belum dapat berharap banyak dari proyeksi pertumbuhan ekonomi. Beberapa lembaga seperti Bank Dunia, IMF dan ADB memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 5.1%-5.2% atau berada di bawah target APBN 2020 sebesar 5.3%.
Hal ini masih dipengaruhi kondisi perekonomian global yang diperkirakan masih melambat. Masih adanya tensi antara Amerika Serikat – Tiongkok serta berbagai problem terkait Brexit yang belum kunjung selesai menjadi faktor dominan.
Bagaimanapun, Grant Thornton Indonesia menyebut perekonomian Indonesia ke depan lebih stabil pasca-terbentuknya kabinet pemerintahan periode 2019-2024. Kondisi ini seharusnya mendorong iklim investasi lebih positif.
Organisasi penyedia jasa audit, tax, dan advisory merangkum tiga investasi yang tahun ini diperkirakan akan semakin populer, termasuk di kalangan milenial. Perubahan gaya hidup dan tuntutan lingkungan seringkali mengharuskan adanya penghasilan tambahan. Selain itu, banyaknya arus informasi terkait investasi cukup membuka mata milenial untuk mulai berinvestasi.
(Baca: Pengamat Asuransi Tanggapi Soal Wacana Pembubaran OJK)
Johanna Gani, Managing Partner Grant Thornton Indonesia mengatakan, banyak faktor yang mempengaruhi milenial untuk mulai berinvestasi. “Pertimbangan paling utama biasanya adalah modal yang tidak besar serta kemudahan akses melalui platform yang mereka pakai sehari-hari,” katanya, dikutip dari siaran pers, Kamis (23/1).
Investasi di awal tahun 2020 yang menurut Grant Thornton cukup tepat untuk milenial adalah:
1. Peer to Peer (P2P) Lending
P2P Lending menjadi pilihan investasi yang sangat diminati oleh masyarakat, termasuk milienial. Jika dibandingkan dengan deposito berjangka atau reksadana, tingkat pengembaliannya bisa mencapai dua kali lipat atau lebih, serta jika terjadi default, risiko-nya juga akan lebih rendah dengan pengembalian dalam kurun waktu sebulan. Selain P2P Lending memiliki diversifikasi yang bagus, tidak ada pula komitmen jangka panjang.
Gencarnya penyelenggara P2P Lending untuk mengedukasi pasar dengan menjual kemudahan akses, baik via mobile apps maupun website akan semakin menarik bagi Milenial.
(Baca: Tiga Wadah Investasi Paling Berprospek Tahun Ini)
2. Equity Crowdfunding
Dengan meroketnya popularitas fintech saat ini, investasi crowdfunding telah menjadi alternatif untuk menghimpun dana tanpa perlu IPO. Meskipun terlihat sama dengan konsep investasi yang sudah ada, namun hal tersebut hanya dilakukan terhadap emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sementara yang butuh pendanaan bukan hanya perusahaan yang sudah IPO saja.
Equity Crowdfunding menjadi solusi bagi Milenial untuk membantu milenial lainnya ataupun UMKM yang sedang merintis usaha kecil dan retail yang cukup lekat dengan industri kreatif untuk bisa meningkatkan kapasitas produksi agar tumbuh lebih cepat.
3. Emas
Beberapa orang berpikir emas adalah investasi yang konvensional. Namun harga emas cukup menunjukkan kenaikan signifkan, dan akan diprediksi meningkat terus di tahun 2020. Sama hal nya dengan P2P Lending, nilai emas juga tidak mudah naik-turun dan tahan terhadap fluktuasi inflasi, serta minim risiko.
Berikut adalah grafik kenaikan harga emas sepanjang tahun lalu:
Selain itu kini dengan hadirnya layanan menyicil maupun menabung emas mulai dari 1 gram di beberapa e-commerce yang menjadi digital touchpoint sehari-hari kaum milenial semakin memudahkan melatih investasi sejak dini. Melalui teknologi, Milenial pun dapat memantau harga emas di pasaran saat ini melalui mobile apps. Peredaran emas pun sudah sangat mudah sekali dijangkau.
(Baca: Tiga Strategi Asosiasi Fintech Tingkatkan Penyaluran Pinjaman di 2020)
“Milenial perlu berpegang pada prinsip bahwa tidak ada yang instan dalam berinvestasi, memahami betul investasi apa yang paling cocok dengan karakter mereka, selalu mempelajari resiko dan mengecek legalitas perusahaan yang akan menjadi tempat mereka berinvestasi adalah tips kami untuk meminimalisir risiko yang tidak diinginkan di kemudian hari.” kata Johanna Gani.