Risiko Menipisnya Impor Pertanian dari Tiongkok Imbas Virus Corona
Pemerintah tidak melarang impor produk pertanian dari Tiongkok lantaran disebut bukan media penularan virus corona. Namun, pelaku usaha mulai mengeluhkan terganggunya pasokan dari Negeri Panda, misalnya untuk hortikultura dan buah-buahan.
Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian Agung Hendriadi menjelaskan, produksi komoditas pertanian di Tiongkok berpotensi terganggu akibat wabah virus corona (novel coronavirus). Ini yang bisa menyebabkan impor terhambat.
"Di sana lagi terkena wabah, ada enggak yang panen? Ada enggak produksinya? Itu yang dimasalahkan yang kemudian akan mengurangi jumlah impor yang kita butuhkan," kata dia di Toko Tani Indonesia Centre, Jakarta, Minggu (9/2).
(Baca: Pemerintah akan Rilis Daftar Barang yang Dilarang Impor dari Tiongkok)
Pemerintah sendiri tidak melarang impor dari Tiongkok berupa produk pertanian. Kebijakan tersebut berdasarkan arahan dari Kementerian Kesehatan dan Kementerian Perdagangan.
Jika terjadi hambatan impor dari Tiongkok, Indonesia bisa mencari impor alternatif dari negara selain Tiongkok. Dengan jalan ini, semestinya pasokan tidak bermasalah. Sebagai contoh, impor bawang putih dari Tiongkok bisa dialihkan dari India. Sedangkan buah-buahan bisa dipenuhi dari dalam negeri. "Buah tropis kita sudah menjadi tuan rumah di negeri sendiri," ujar dia.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto mengatakan, Indonesia pernah mengimpor bawang putih dari India. Namun, bawang putih dari Negeri Bollywood tersebut tidak menarik bagi pasar Indonesia. "Ukurannya kecil-kecil, tapi harganya lebih murah," kata dia kepada katadata.co.id.
(Baca: Menanti Impor, Stok Bawang Putih Nasional Hanya Cukup hingga Maret)
Senada dengan Agung, ia mengatakan, produk jeruk mandarin bisa disubtitusi dari jeruk lokal. Terlebih lagi, Indonesia akan memasuki musim panen jeruk pada April mendatang. Jeruk juga bisa disubtitusi dari Pakistan.
Jeruk juga masih bisa disubstitusi oleh buahan-buahan lain yang tersedia di dalam negeri. Indonesia juga masih bisa mengimpor apel dan pir dari Australia.
"Di Indonesia, orang bisa makan buah mangga, semangka, atau produk lainnya. Kalau sudah makan itu, mereka tidak harus makan apel atau pir," ujar dia.
Meski produk tanaman tidak menjadi media pembawa virus corona, ia mengatakan pemerintah harus berhati-hati serta tidak lengah.
Sebagaimana diketahui, Indonesia hingga kini masih memiliki ketergantungan impor terhadap bawang putih dari Tiongkok. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, impor bawang putih pada 2019 mencapai 465 ribu ton atau setara US$ 529,96 juta. Keseluruhan impor bawang putih tersebut berasal dari Negeri Panda.
Pada 2018, impor bawang putih mencapai 582,99 ribu ton atau setara US$ 497,25 juta. Impor tersebut berasal dari Tiongkok sebanyak 580,84 ribu ton, Taiwan sebanyak 1,68 juta ton, India 464 ton, Singapura 36 kilogram, dan Malaysia 14 kilogram.
Sedangkan impor buah dari Tiongkok pada tahun lalu mencapai US$ 814,2 juta, naik 9,83% dibanding 2018 sebesar US$ 741,4 juta. Kemudian, impor sayur-sayuran mencapai US$ 588,4 juta atau meningkat 11,67% dibanding 2018.