Rupiah Melemah ke 13.886 per Dolar AS Meski BI Intervensi
Nilai tukar rupiah pada perdagangan pasar spot sore ini, Selasa (25/2) melemah 0,11% ke level Rp 13.886 per dolar AS. Rupiah masih melemah akibat kekhawatiran penyebaran virus corona meski Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar uang.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate atau JISDOR yang dipublikasikan di situs BI pukul 10.00 WIB juga menempatkan rupiah hari ini melemah 30 poin ke level Rp 13.893 per dolar AS.
Seiring rupiah, pelemahan terhadap dolar AS juga dialami peso Filipina sebesar 0,29%, ringgit Malaysia 0,15%, dan baht Thailand 0,17%.
Adapun mayoritas mata uang Asia menguat terhadap dolar AS. Mengutip Bloomberg, yen Jepang naik 0,15%, dolar Hong Kong 0,04%, dolar Singapura 0,18%, dolar Taiwan 0,31%, won Korea Selatan 0,78%, rupee India 0,19%, dan yuan Tiongkok 0,17%.
(Baca: Memilih Tawaran Investasi Sukuk Ritel SR012, SBR009, atau Deposito)
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahm menjelaskan, kondisi global akibat virus corona yang terus tak tentu arah membuat rupiah melemah. BI pun sebenarnya telah melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi di perdagangan DNDF guna menstabilkan rupiah.
"Namun, intervensi yang dilakukan BI tidak bisa membawa mata uang garuda menguat," kata Ibrahim kepada Katadata.co.id, Selasa (25/2).
Meski demikian, ia menilai intervensi yang dilakukan BI sudah cukup maksimal. Meski tak menguat, intervensi BI mampu menahan laju pelemahan.
(Baca: Produksi Turun, Setoran Freeport ke Negara Tahun Lalu Anjlok 76%)
Dalam perdagangan besok, Ibrahim memproyeksikan kemungkinan rupiah masih akan melemah. "Pelemahan akan berada di antara Rp 13.835 - 13.935 per dolar AS," tutup dia.
Sebelumnya, BI memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,1% hingga 5,5% menjadi 5% hingga 5,4% seiring kekhawatiran dampak wabah virus corona. Dari sisi pariwisata, wabah virus corona berpotensi membuat Indonesia kehilangan devisa US$ 1,3 miliar.
Sedangkan dari sisi perdagangan, Indonesia berpotensi kehilangan US$ 300 juta akibat gangguan logistik terhadap ekspor. Lalu, kerugian akibat hambatan logistik dari sisi impor mencapai US$ 700 juta.