Harga Minyak Dunia Anjlok, AKR: Tak Berdampak pada Profitabilitas
VP Corporate Communication AKR Corporindo Suresh Vembu menjelaskan, penurunan harga minyak mentah dunia pada pagi ini membuat perusahaan perlu melakukan antisipasi terhadap keuangan perusahaan. Adapun salah satunya yakni dengan melakukan lindung (hedging) nilai tukar dolar.
Menurut dia model distribusi AKR merupakan "pass through", di mana harga bahan bakar minyak (BBM) perusahaan disalurkan ke konsumen dengan menggunakan formula. Oleh karena itu dia berharap penurunanan harga minyak mentah ini tak akan berdampak pada profitabilitas perusahaan.
"Kami melakukan lindung nilai terhadap nilai tukar dollar, oleh karena itu pergerakan harga diperkirakan tidak akan berdampak kepada profitabilitas perusahaan," ujar Suresh berdasarkan keterangan tertulis Senin (9/3).
Selain itu, Suresh juga menjelaskan perusahaan akan menjaga margin perdagangan dan distribusi agar tidak terdampak pada kondisi keuangan perusahaan. "Misalnya, ketika harga minyak jatuh pada tahun 2016, AKR terus mempertahankan dan meningkatkan margin perdagangan dan distribusi," ujar Suresh.
(Baca: Arab Saudi Picu 'Perang' Produksi, Harga Minyak Terjun Bebas Lebih 20%)
Adapun saat ini perusahaan terus memonitor Net Open Position, serta melakukan kontrol yang baik pada hal yang sama. "Jadi kami tidak melihat adanya masalah yang timbul dari pergerakan harga minyak yang tiba-tiba ini," ujarnya.
Melansir data Bloomberg, pada pukul 08.00 WIB Senin (9/3), harga minyak Brent untuk kontrak Mei 2020 anjlok 20,52% ke level US$ 35,97 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak April 2020 anjlok 20,49%% ke level US$ 32,82 per barel.
Anjloknya harga minyak mentah dunia dipicu Arab Saudi yang memangkas harga jual minyaknya serta berencana menggenjot produksi minyak secara signifikan. Langkah Arab Saudi tersebut menandakan dimulainya perang harga minyak mentah secara global.
Arab Saudi mengambil sejumlah langkah setelah Rusia pada Jumat (6/3) menolak keras usulan pengurangan produksi oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Padahal, rencana tersebut diklaim sebagai upaya OPEC menstabilkan harga minyak yang di tengah ancaman kejatuhan ekonomi dunia akibat wabah virus corona.
(Baca: Harga Minyak Anjlok Lebih dari 20%, Bursa Saham Asia Pagi Ini Rontok)
Arab Saudi menyatakan, akan meningkatkan produksi lebih dari 10 juta barel per hari (bph) pada April mendatang. Hal ini sebagai respons setelah kesepakatan pembatasan produksi antara OPEC dan Rusia atau OPEC + berakhir pada Maret ini.
Negara itu juga bakal memangkas harga jual minyak mentah untuk periode April untuk semua kadar minyak mentah dan ke semua tujuan dengan harga mulai dari US$ 6 hingga US$ 8 per barel.