Harga Minyak di Bawah US$ 30/Barel Imbas Virus Corona
Harga minyak dunia merosot di bawah US$ 30 per barel setelah pandemi virus corona semakin meluas di seluruh dunia. Pasalnya, penerapan isolasi atau lockdown di berbagai negara untuk menahan penyebaran virus dikhawatirkan bakal memicu resesi ekonomi global.
Mengutip data Bloomberg pada Selasa (17/3) pukul 07.25 WIB, harga minyak Brent untuk kontrak Mei 2020 turun 0,43% di angka 29,72 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak April 2020 berada di level US$ 30,98 per barel.
Virus corona yang telah menginfeksi setidaknya 174.000 orang dan membunuh sekitar 6.700 telah menyebabkan harga minyak anjlok hingga 50% pada tahun ini. Banyak analis yang menurunkan perkiraan permintaan minyak mentah karena Covid-19 mengganggu aktivitas bisnis, perjalanan, dan kehidupan sehari-hari.
IHS Markit memperkirakan kelebihan pasokan minyak bisa mencapai 800 juta hingga 1,3 miliar barel. Apalagi jika Arab Saudi dan Rusia terus menggenjot produksinya secara maksimum.
Kelebihan pasokan bahkan diproyeksi naik dua atau tiga kali lipat dari yang terjadi pada akhir 2015 hingga awal 2016 ketika Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC memompa lebih banyak minyak untuk memerangi industri gas serpih AS.
(Baca: Laba Saudi Aramco Turun 21% Seiring Anjloknya Harga Minyak Dunia)
“Sebelum ini, surplus global enam bulan terbesar abad ini sebesar 360 juta barel. Apa yang akan terjadi akan menjadi dua kali lipat atau lebih, ”kata Jim Burkhard, wakil presiden dan kepala pasar minyak di IHS Markit dikutip dari Reuters pada Selasa (17/3).
Adapun pertemuan teknis OPEC dan non-OPEC yang direncanakan terjadi pada Rabu (18/3) di Wina telah dibatalkan. Padahal, pertemuan tersebut merupakan upaya untuk menengahi ketegangan perang harga antara Arab Saudi dan Rusia.
Perusahaan minyak raksasa Saudi Aramco pun tetap berencana meningkatkan produksinya secara signifikan. Hal itu sebagai awal mula perang harga dengan Rusia setelah beberapa waktu lalu keduanya gagal menyepakati rencana untuk membatasi pasokan minyak.
CEO Saudi Aramco Amin Nasser mengatakan pihaknya kemungkinan akan mempertahankan produksi minyak yang lebih tinggi pada Mei 2020 mendatang. Hal itu membuat perusahaan minyak terbesar tersebut siap dengan harga terendah untuk sementara waktu.
(Baca: OPEC Plus, Jurus Lima Pendekar Flamboyan dalam Perang Minyak)