Bank Dunia Ramal Penduduk Miskin Bertambah 11 Juta Orang Akibat Corona

Agatha Olivia Victoria
31 Maret 2020, 14:24
bank dunia, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, kawasan asia timur, penduduk miskin, pandemi corona, covid-19, virus corona
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Ilustrasi. Bank Dunia memperkirakan ekonomi negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik pada tahun ini turun 0,5% akibat pandemi corona jika menggunakan skenario lebih buruk.

Bank Dunia menyebut pandemi corona yang mengganggu rantai pasokan global akan berdampak serius pada upaya pengentasan kawasan di Asia Timur dan Pasifik. Jika situasi memburuk, jumlah penduduk miskin di kawasan tersebut berpotensi bertambah hingga 11 juta orang. 

"Jika situasi ekonomi memburuk dan skenario lebih rendah yang terjadi, maka jumlah penduduk miskin bertambah sekitar 11 juta orang," tulis Bank Dunia dalam keterangan resminya, Washington, Senin (30/3) waktu setempat.

Pertambahan penduduk miskin ini dinilai Bank Dunia akan terjadi karena ekonomi negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik akan menghadapi kemungkinan guncangan dan resesi keuangan global.  Pertumbuhan ekonomi negara berkembang di kawasan tersebut diproyeksi melambat pada tahun ini menjadi 2,1% menggunakan skenario dasar atau negatif 0,5% menggunakan skenario lebih buruk. 

Proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut jauh lebih dari dari perkiraan Bank Dunia sebelumnya yang mencapai 5,8%. 

(Baca: Menebar Bantuan Tunai di Masa Ekonomi Sulit Pandemi Corona)

Sementara pertumbuhan di Tiongkok pada tahun ini diproyeksikan turun menjadi 2,3% pada skenario dasar dan 0,1% dalam skenario lebih buruk. Ini juga lebih buruk dari perkiraan sebelumnya yang mencapai 6,1%. 

"Menahan pandemi akan memungkinkan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan di kawasan ini, meskipun risiko dari tekanan pasar keuangan terhadap proyeksi tersebut akan tetap tinggi," kata Bank Dunia.

Risiko jatuh miskin diperkirakan jauh lebih tinggi di antara rumah tangga yang tergantung pada sektor-sektor yang secara khusus rentan terhadap dampak pandemi. Sektor tersebut seperti pariwisata di Thailand dan Kepulauan Pasifik, manufaktur di Kamboja dan Vietnam, dan di antara rumah tangga yang bergantung pada sektor informal di semua negara.

Di beberapa negara, dampak virus corona juga menambah kondisi spesifik yang sedang dihadapi negara tersebut, seperti kekeringan di Thailand, atau guncangan komoditas di Mongolia. Di negara-negara Kepulauan Pasifik, prospek untuk tahun 2020 memiliki risiko besar karena ketergantungan ekonomi negara tersebut terletak pada hibah, pariwisata, dan impor.

Bank Dunia pun merekomendasikan beberapa tindakan yang dapat ditempuh pada pengambill kebijakan Kawasan Asia Timur dan Pasifik. Rekomendasi tersebut, yakni investasi mendesak dalam kapasitas perawatan kesehatan nasional dan kesiapan jangka panjang. 

(Baca: Ekonomi Indonesia dalam Skenario Terburuk Akibat Virus Corona)

Langkah-langkah fiskal yang ditargetkan seperti subsidi untuk membiayai pramh yang sakit dan perawatan kesehatan akan membantu penanggulangan virus corona. Ini juga memastikan bahwa kerugian sementara dalam bidang ekonomi tidak berubah menjadi kerugian jangka panjang dalam bentuk modal manusia.

Selain itu, kerja sama internasional dan kemitraan lintas-batas antara pemerintah dan swasta yang baru juga sangat diperlukan. Hal ini guna meningkatkan produksi dan pasokan serta layanan medis utama dalam menghadapi pandemi, dan untuk memastikan stabilitas keuangan setelahnya.

Meski begitu, kebijakan perdagangan harus tetap terbuka sehingga pasokan medis dan lainnya tersedia untuk semua negara, serta untuk memfasilitasi pemulihan ekonomi yang cepat di kawasan.

Rekomendasi kebijakan lainnya adalah melonggarkan kredit untuk membantu rumah tangga memperlancar konsumsi mereka dan membantu perusahaan bertahan dari goncangan yang sedang terjadi. Namun, mengingat potensi krisis yang berkepanjangan, Bank Dunia menekankan perlunya menggabungkan langkah-langkah di bawah pengawasan regulasi, terutama karena banyak negara di kawasan telah menanggung beban utang perusahaan dan rumah tangga yang tinggi.

Untuk negara-negara lebih miskin, keringanan utang akan sangat penting, sehingga sumber daya penting dapat difokuskan pada pengelolaan dampak ekonomi dan kesehatan dari pandemi.

Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...