Pemerintah Tarik Utang Rp 22,2 Triliun Lewat Lelang SUN
Pemerintah menarik utang sebesar Rp 22,2 triliun melalui lelang penerbitan tujuh seri surat utang negara pada Selasa (31/3). Adapun penawaran yang masuk dalam lelang tersebut mencapai Rp 33 triliun.
"Total nominal yang dimenangkan dari 7 seri yang ditawarkan tersebut adalah Rp 22,2 triliun," tulis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan dalam keterangan resminya, Jakarta, Selasa (31/3).
Ketujuh seri surat utang tersebut yakni SPN12200703, SPN12210401, FR0081, FR0082, FR0080, FR0083, dan FR0076.
Untuk seri SPN12200703, jumlah nominal yang dimenangkan sebesar Rp 320 miliar. Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan surat utang dengan tingkat kupon diskonto ini sebesar 2,5% dan akan jatuh tempo pada 3 Juli 2020.
Kemudian nominal yang dimenangkan seri SPN12210401 dengan tingkat kupon diskonto mencapai Rp 4,3 triliun. Seri ini akan jatuh tempo pada 1 April 2021 dengan yield rata-rata 3,44%.
(Baca: BI Borong Surat Utang Negara Rp 172 Triliun untuk Perkuat Rupiah)
Seri FR0081 dimenangkan sebesar Rp 8 triliun dengan yield rata-rata 7,15%. FR0081 memiliki bunga 6,5% yang akan jatuh tempo pada 15 Juni 2025.
Seri FR0082 dimenangkan Rp 6,3 triliun dengan yield rata-rata 7,82%. Seri ini memiliki bunga 7% dan jatuh tempo pada 15 September 2030.
Seri FR0080 dimenangkan sebesar Rp 2,4 triliun dengan yield 8,22%. Surat utang ini memiliki kupon 7,5% yang jatuh tempo 15 Juni 2035.
Lalu, seri FR0083 dimenangkan sebesar Rp 850 miliar dengan yield rata-rata 8,33% dengan nominal Rp 850 miliar. FR0083 akan jatuh tempo pada 15 April 2040 dengan kupon 7,5%.
(Baca: Jokowi Buat Perppu Penyelamatan Ekonomi dari Corona, Anggaran Rp 405 T)
Namun untuk seri FR0076, pemerintah memilih untuk tak menetapkan hasil lelang karena jumlah penawaran yang masuk hanya Rp 264 miliar.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menilai, minat investor asing terhadap Indonesia masih tinggi. "Ini terlihat dari total yang dimenangkan pemerintah lebih besar dari target Rp 15 triliun," kata Perry dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (31/3).
Perkembangan tersebut dinilai menyebabkan pergerakan nilai tukar rupiah kembali stabil saat ini. "Namun kami akan terus berada di pasar untuk memastikan stabilitas rupiah," tutupnya.