Terdampak Pandemi Corona, OYO Beri Cuti Ribuan Karyawan hingga 90 Hari
Startup properti asal India, OYO, memutuskan memberi cuti ribuan karyawannya. Pasalnya, bisnis perusahaan anjlok terpukul pandemi corona.
Dikutip dari Bloomberg, OYO belum menentukan jumlah pasti pekerja yang akan dikenakan cuti karena mempertimbangkan hukum perburuhan lokal di berbagai negara. Meski begitu, CEO OYO Ritesh Agarwal menyebut cuti tersebut akan diberikan kepada ribuan karyawan selama 60 sampai 90 hari.
OYO terpaksa meliburkan karyawannya karena pendapatan turun 50-60%. Padahal perusahaan itu awalnya memproyeksi pendapatan hanya turun 10-15%.
Oleh karena itu, perusahaan pun berusaha efisiensi biaya. "Kami mengurangi biaya dan merampingkan operasi bisnis," kata Agarwal dikutip dari Bloomberg pada Rabu (8/4).
Sejak awal tahun ini, perusahaan rintisan yang mendapat investasi dari SoftBank itu, telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada 7.000 lebih karyawan secara global. Gelombang PHK OYO terus berlanjut, pada Maret 2020, OYO PHK lagi 5.000 karyawannya.
(Baca: RedDoorz dan OYO Sediakan Penginapan Gratis untuk Tenaga Medis RI)
Di sisi lain, beberapa startup justru memutuskan memotong gaji karyawannya karena bisnis terdampak Covid-19. Seperti startup asuransi online Acko, startup sewa motor Bounce, dan startup pemesanan tiket MakeMyTrip.
Dikutip dari The Economic Times, pendiri Acko Varun Dua mengatakan pemotongan gaji pada karyawannya mencapai 50% dan 70%. Sedangkan Bounce akan memotong gaji sebesar 20-60%. Selain itu, Bounce telah memecat karyawannya sejak Desember tahun lalu.
MakeMyTrip pun mempertimbangkan pemotongan gaji. "Kami sedang meninjau biaya operasi kami untuk menetapkan beberapa langkah sulit demi menjaga biaya keseluruhan semakin minimal," kata juru bicara MakeMyTrip dikutip dari The Economic Times.
Di Indonesia, dua startup layanan on-demand Gojek dan Grab juga memangkas gaji karyawannya. Gojek memotong gaji setahun co-CEO dan manajemen senior sebesar 25%. Selain itu, Gojek akan mengalihkan anggaran kenaikan gaji tahunan seluruh karyawan untuk dana bantuan. Sedangkan Grab memangkas gaji para petingginya sebesar 20%.
Tujuannya untuk membantu mitra pengemudi dan penjual (merchant) yang pendapatan hariannya tertekan oleh pembatasan sosial dan work from home. Dari pemotongan gaji tersebut, Gojek mengumpulkan Rp 100 miliar dan Grab Rp 161 miliar.
(Baca: Jurus Efisiensi Startup di Masa Pandemi: Pangkas Gaji hingga Karyawan)
Produsen kendaraan listrik asal Amerika Serikat (AS), Tesla, juga memangkas gaji karyawan hingga 30% mulai pekan depan. Dikutip dari CNBC Internasional, kebijakan itu akan diterapkan hingga kuartal II tahun ini.
Gaji wakil presiden dipotong 30%, direksi 20%, sementara seluruh karyawan 10%. Semua pekerja kontrak juga akan diberhentikan hingga pemberitahuan lebih lanjut. Selain itu, karyawan yang bukan warga negara AS juga akan dipecat.
"Secara spesifik akan dikomunikasikan oleh tim kepemimpinan lokal sesuai dengan hukum dan dewan kerja setempat," demikian tertulis pada memo internal untuk karyawan dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (8/4).
Keputusan itu diambil karena pabrik Tesla di AS tak beroperasi karena pandemi corona. Hal itu sesuai dengan arahan pemerintah. Di sisi lain, permintaan kendaraan listrik Tesla pun anjlok.
Sebelumnya, Tesla berencana mulai produksi pada 4 Mei 2020. Namun, analis di Credit Suisse Group AG mengatakan Tesla butuh waktu sekitar dua minggu untuk bisa meningkatkan produksi meski fasilitas dibuka pada awal Mei nanti.
(Baca: Elon Musk Potong Gaji Karyawan Tesla 30% Akibat Pandemi Corona)