Industri Farmasi Keluhkan Tunggakan Obat RS Hingga Rp 4 Triliun
Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi mengeluhkan besarnya utang pembelian obat rumah sakit yang mencapai triliunan rupiah per bulan. Kondisi ini telah terjadi selama tiga tahun terakhir, dan tidak jelas penyelesaiannya.
Ketua Umum GP Farmasi F. Tirto Koesnadi mengatakan pihaknya telah berulang kali mengadukan permasalahan ini kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Namun, para pengusaha selalu mendapatkan jawaban yang penuh ketidakpastian, sehingga kesulitan menjalankan bisnisnya.
"Rumah sakit pokoknya maunya beli saja, kalau minta obat tidak dikasih mereka berteriak-teriak tidak disupply. Sekarang ini saja mungkin tunggakan ada Rp 4 triliun yang belum terbayar," kata Tirto kepada Katadata.co.id, Selasa (12/5).
Menurut dia, setiap kali rumah sakit ditagih untuk melunasi kewajibannya, mereka selalu berdalih pihak BPJS Kesehatan belum mencairkan uang untuk membayar obat. Padahal, berdasarkan keterangan BPJS Kesehatan seluruh tanggungan obat sudah dibayarkan pada rumah sakit hingga Maret.
(Baca: BPJS Defisit, Tunggakan RS ke Kalbe Farma Capai Rp 200 Miliar)
Adapun rumah sakit yang lebih sering melakukan penunggakan pembayaran obat yakni rumah sakit negeri yang mendapatkan jaminan dari pemerintah. Sementara rumah sakit swasta jumlah tunggakannya lebih sedikit.
Kondisi ini kian memperburuk industri farmasi lantaran pengusaha kesulitan untuk menyesuaikan harga selama kurun waktu tiga tahun terakhir karena tidak adanya tender-tender baru.