Kemendag Gelar Operasi Pasar hingga 36.500 Ton Gula agar Harga Stabil
Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan, telah menggelar operasi pasar sebanyak 36.500 ton gula di beberapa daerah.
Tujuan operasi pasar ini adalah, untuk menstabilkan harga gula sesuai harga eceran tertinggi pemerintah Rp 12.500 per Kilogram (Kg) di tengah pandemi virus corona atau Covid-19.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan, pihaknya baru saja melakukan operasi pasar gula di Jakarta dan Tangerang Selatan. Tepatnya di Pasar Induk Senen Jakarta, Pasar Serpong, dan Pasar Modern BSD Tangerang Selatan.
"Dengan demikian operasi pasar gula di sejumlah daerah telah digelontorkan gula pasir sebesar 3.200 ton, ditambah hasil pengawasan barang beredar di Malang dan Lampung sehingga total yang sudah dilakukan operasi pasar gula ke sejumlah daerah sebesar 36.500 ton gula," tulis Agus dalam siaran pers, Sabtu (23/5).
Dirinya berharap, dengan adanya operasi pasar harga gula bisa kembali normal. Ia juga menegaskan segera menindak tegas segala penyimpangan dan permainan harga gula di pasaran.
Adapun, harga gula dan bawang merah hingga saat ini masih berada di atas harga eceran tertinggi. Meski demikian, harga rata-rata gula secara nasional telah menurun sebesar 10,38% dibandingkan dengan bulan lalu menjadi Rp 16.000 per Kg.
"Namun, harga beberapa komoditas lainnya seperti ayam dan harga daging sapi sudah relatif stabil. Harga bawang putih dan bombai juga sudah jauh turun," katanya.
(Baca: Kemendag Bongkar Modus Distributor Nakal yang Buat Harga Gula Melonjak)
Ia menambahkan, pemerintah juga berkoordinasi dengan produsen hingga distributor, dan membuat kesepakatan dengan produsen agar menjual gula ke distributor paling mahal Rp 11.200 per Kg.
Dengan harga tersebut, diharapkan distributor bisa menjual ke pengecer akhir paling tinggi Rp 12.000 per Kg. Sehingga, ritel modern dan para pengecer di pasar bisa menjual gulanya sesuai harga eceran tertinggi pemerintah yakni Rp 12.500 per Kg.
Agus mengungkapkan, bahwa pandemi virus corona membuat rantai pasok menjadi tidak mudah. Sebab, adanya kebijakan lockdown di beberapa negara membuat impor sedikit terhambat. Alhasil, harga gula mengalami peningkatan.
Di sisi lain, proses penggilingan tebu rata-rata baru dilakukan bulan depan. Akibatnya, gula konsumsi yang diproduksi di dalam negeri baru bisa masuk ke pasar pada Juni 2020.
Upaya membanjiri pasar juga sebelumnya telah dilakukan melalui penyaluran stok gula dari Perum Bulog. Perusahaan pelat merah ini menyatakan, telah menggelontorkan gula kristal putih (GKP) atau gula pasir yang biasa dikonsumsi masyarakat sebanyak 22.000 ton hingga akhir pekan ini untuk menjamin ketersediaan gula menjelang lebaran.
Tak hanya itu, tiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga telah ditugaskan Kemendag untuk mengimpor GKP. Secara rinci, Bulog PT Perusahaan Perdagangan Indonesia dan Rajawali Nusantara Indonesia masing-masing mengimpor 50.000 ton.
Selain mengimpor GKP, pemerintah juga mengalihkan gula rafinasi menjadi gula konsumsi untuk memenuhi kebutuhan pasar sebesar 250.000 ton.
(Baca: Bulog Targetkan 28.200 Ton Gula Impor Masuk Awal Juni)