Kematian George Floyd & Data Pembunuhan Kulit Hitam oleh Polisi di AS

Image title
1 Juni 2020, 13:14
Nicholas Pfosi Pendemo berseru di depan kantor polisi kelima pada hari keempat aksi protes setelah insiden tewasnya George Floyd saat ditahan polisi di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat, Jumat (29/5/2020).
ANTARA FOTO/REUTERS/Nicholas Pfosi/hp/dj
Nicholas Pfosi Pendemo berseru di depan kantor polisi kelima pada hari keempat aksi protes setelah insiden tewasnya George Floyd saat ditahan polisi di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat, Jumat (29/5/2020).

Warga kulit hitam Amerika Serikat (AS) bernama George Floyd yang sedang tak bersenjata meninggal di tangan polisi kulit putih Minneapolis bernama Derek Chauvin, Senin (25/5). Kejadian ini terungkap setelah video amatir detik-detik kematiannya tersebar ke publik pada Kamis (29/5) lalu.

Melansir AFP pada Kamis (29/5), kejadian ini bermula ketika Floyd diduga melakukan transaksi palsu senilai US$ 20. Chauvin bersama tiga polisi lain pun menangkapnya. Setelah tertangkap, Chauvin menginjakkan lututnya ke leher Floyd yang tak bersenjata hingga meninggal dunia.

Advertisement

Kejadian ini kemudian memancing solidaritas massa. Aksi protes terjadi di Minneapolis menuntut keadilan untuk Floyd. Melansir CNN pada Minggu (31/5), aksi menjalar ke 30 kota lain di AS, termasuk di Washington D.C. Ratusan massa berkumpul di depan gedung Departemen Kehakiman dan melakukan long march ke Gedung Putih sambil meneriakkan kalimat “aku tidak bisa bernafas” seperti yang dikatakan Floyd saat lehernya diinjak Chauvin menggunakan lutut.

Massa di depan Gedung Putih juga meneriakkan slogan “black lives matter” atau hidup orang kulit hitam bernilai, sebagai bentuk protes atas kekerasan yang menimpa warga kulit hitam di AS selama ini oleh polisi. Mereka menilai tindakan tersebut mencerminkan rasisme. Mereka juga menilai hukuman untuk polisi pembunuh warga kulit hitam kurang maksimal, seperti Chauvin yang menerima dakwaan pembunuhan tingkat dua dan pembunuhan tingkat tiga tapi masih bebas berkeliaran di Minneapolis.  

(Baca: 25 Kota di AS Berlakukan Jam Malam Akibat Meluasnya Kerusuhan)

Kejadian serupa menimpa Floyd memang bukan sekali di AS. Melansir News One, media alternatif kulit hitam di AS, pada 6 Mei atau 19 hari sebelum kejadian Floyd, polisi di Indianapolis menembak warga kulit hitam bernama Sean Reed yang sedang tak bersenjata tanpa alasan jelas. Detik-detik kejadian ini bahkan tersiar secara langsung di Facebook dan polisi pelaku bercanda Reed akan membutuhkan pemakaman dengan peti mati tertutup.

Pada 18 April, dua polisi dari Kepolisian San Leandro membunuh pria kulit hitam penderita kelainan mental bernama Demarco Taylor. Kedua polisi itu menembak Taylor yang sedang mengamuk di depan Walmart, di California, karena dianggap akan merampok toko. Pengacara hak sipil yang membela kasus ini, Lee Merritt menilai kedua polisi tersebut telah menyalahi prosedur penggunaan tindakan tegas.

Lee menilai semestinya kedua polisi tersebut mengetahui Taylor menderita kelainan mental dan terlebih dulu menggunakan langkah persuasif. Bukti video saat kejadian, menurutnya, membuktikan kedua polisi mengabaikan prosedur tersebut dan langsung menembak Taylor.

Lalu, pada 23 November 2019, seorang pemuda kulit hitam bernama Ariane McCree ditembak mati dua polisi sektor Chester di South Carolina setelah ditahan karena diduga mengutil di Walmart. Polisi mengklaim pria berusia 28 tahun ini sempat melarikan diri setelah ditahan dan sempat menodongkan senjata ke petugas sehingga perlu ditembak.

Namun, keluarga McCree menyatakan keterangan tersebut salah dan menuntut balik kepolisian. Mereka menyatakan dari kesaksian di lokasi, tangan McCree sedang diborgol di belakang punggung ketika ditembak mati.

Secara keseluruhan, News One mencatat 80 kasus pembunuhan kulit hitam oleh polisi dengan malprosedur dari akhir 2019 sampai Mei 2020.

(Baca: Kematian George Floyd Berujung Kerusuhan di New York hingga Washington)

24% Korban Pembunuhan Polisi AS Pada 2019 Kulit Hitam

Sementara itu, situs mappingpoliceviolence.org yang khusus melakukan riset kekerasan oleh polisi di AS mencatat 1.099 orang seluruh ras terbunuh sepanjang 2019. 24 persen dari seluruh korban tersebut adalah kulit hitam.

Dari tabel harian menunjukkan hanya 27 hari sepanjang 2019 polisi tak membunuh orang. Rinciannya tiga hari pada Januari, sehari pada februari, tiga hari pada Maret, tiga hari pada April, tiga hari pada Mei, tiga hari pada Juni, tiga hari pada Juli, sehari pada Agustus, sehari pada September, dua hari pada Oktober, dua hari pada November, dan dua hari pada Desember.

Selain itu, dari total 7.666 korban sepanjang 2013-2019 sebanyak 17% adalah warga kulit hitam dalam kondisi tak bersenjata. Angka ini 1,3 kali lebih tinggi dari warga kulit putih yang terbunuh dalam kondisi tak bersenjata, yakni 12%.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement